Ilustrasi Penurunan Daya Beli Masyrakat (Istimewa)

Jakarta, Aktual.com – Kadin DKI Jakarta meminta peran konkret pemerintah untuk tidak menganggap remeh anjloknya daya beli masyarakat selama ini.

Menurut Ketua Umum Kadin DKI Jakarta, Sarman Simanjorang daya beli yang anjlok itu cukup signifikan ini telah memicu banyak toko ritel yang ditutup.

Tak cuma gerai ritel seperti 7 Eleven yang tutup, belum lama ini ada juga dua gerai PT Matahari Departement Store Tbk. Pihak Matahari telah menutup dua gerainya di Mal Blok M dan Pasaraya Manggarai.

“Yang utama, anjloknya daya beli itu karena ada penurunan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir,” jelas dia di Jakarta, Senin (18/9).

Kondisi tersebut, kata dia, terjadi karena bersumber dari ketidakstabilan perekonomian nasional. “Karena ekonomi kita hanya mampu tumbuh sekitar 5%,” ungkap nya.

Sarman menegaskan, selain faktor dalam negeri berupa anjloknya daya beli masyarakat, faktor ditutup ya gerai-gerai ritel juga karena adanya persaingan yang semakin ketat serta serangan barang impor.

“Tapi yang paling memukul itu daya beli yang anjlok. Karena dengan kondisi ekonomi yang tak stabil membuat pendapatan masyarakat juga tidak memiliki kenaikan, sehingga masyarakat semakin selektif dan menghemat membelanjakan uangnya,” dia menjelaskan.

Hal lainnya yang membuat banyak gerai ritel tutup adalah adanya persaingan antar pusat perbelanjaan yang semakin ketat. Hal ini tidak terlepas dari perkembangan kawasan properti di wilayah baru.

“Tumbuhnya pasar properti dengan pembangunan berbagai kawasan perumahan, kawasan perkantoran dan apartemen selalu dibarengi dengan adanya pusat perbelanjaan, mini market dan toko-toko, sehingga para penghuninya dalam memenuhi kebutuhannya tidak perlu keluar lagi berbelanja,” dia menjelaskan.

Faktir selanjutnya akibat banyaknya masuk barang-barang atau produk asing yang sejenis, baik secara legal maupun ilegal. Harga yang lebih murah menjadi pilihan bagi konsumen.

Kemudian pasar e-commerce kendati belum signifikan ikut memengaruhi daya beli yang anjlok. Berdasarkan data yang didapatkan oleh Sarman baru sekitar 29% atau sekitar 26,3 juta jiwa masyarakat yang menjadi konsumen dalam pasar tersebut.

Artinya memang belum dianggap sebagai penyebab atas fenomena sekarang, namun harus tetap diantisipasi ke depannya.

“Makanya para pedagang yang memiliki toko di pusat-pusat perbelanjaan agar lebih kreatif dan inovatif melihat perkembangan teknologi dan psikologi pasar dan konsumen yang harus dapat menyesuaikan atau beradaptasi sehingga mampu bertahan,” pungkas dia.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby