“Apa itu ekonomi pangkal dan ekonomi ujung itu?. Ekonomi pangkal adalah ekonomi domestik, terutama pangan dan energi. Sementara itu ekonomi ujung adalah ekonomi ekstraktif atau ekonomi yang terkait dengan sumber daya alam,” katanya.
Menurut Bung Hatta, kata dia, soal ekonomi domestik atau pangan dan energi itu harus yang dijadikan pangkalnya. Kepentingan yang didahulukan ketimbang ekonomi ujung atau komoditas yang tergantung sumber daya alam seperti pertambangan dan perkebunan.
“Kenapa Bung Hatta memberikan peringatan yang berulang-ulang? Sebab beliau sebagai ekonom strukturalis yang jeli tentu paham bahwa kekuatan kemandirian ekonomi suatu bangsa itu sangat tergantung bagaimana ekonomi pangannya dipenuhi terlebih dahulu. Bukan mengobral sumber daya alam kita sehingga kita menjadi berketergantungan pada bangsa lain,” katanya.
Ia pun mengamati sudah lebih dari setengah abad lamanya ekonomi Indonesia bergantung pada konsumsi. Kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) kurang lebih 60-70 persen, sementara apa yang dikonsumsi masyarakatnya termasuk pangan dan energi masih dominan impor.
“Lalu pertanyaannya, adakah capres kita yang mau membalik arah kebijakan ini semua? Adakah capres yang mau dengan keras hati mengganti haluan ekonomi neoklasik ini? Menegakkan kedaulatan pangan dan energi, bukan hanya saat sesi kampanye saja?,” katanya.
Oleh karena itu, Suroto sangat berharap hal-hal tersebut dapat tercermin dalam debat capres pada 17 Februari 2019.
Artikel ini ditulis oleh: