Jakarta, Aktual.com – Bank Indonesia (BI) mencatat, defisit transaksi berjalan pada triwulan IV-2016 lalu mengalami penurunan menjadi US$1,8 miliar atau 0,8% dari Produk Domestik Bruto. Kondisi ini lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar US$ 4,7 miliar atau 1,9% dari PDB.
“Kondisi tersebut karena ditopang oleh perbaikan kinerja neraca perdagangan barang dan pendapatan primer,” cetus Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Tirta Segara di Jakarta, Jumat (10/2).
Menurut Tirta, surplus neraca perdagangan barang yang tercatat meningkat didorong oleh peningkatan ekspor seiring dengan perbaikan ekonomi negara-negara mitra dagang dan meningkatnya harga komoditas global.
Selain itu, kata dia, transaksi modal dan finansial pada triwulan IV 2016 yang juga mengalami surplus itu, ternyata tak sebesar pada triwulan III-2016 ini.
“Lebih rendahnya surplus di triwulan IV 2016 disebabkan oleh defisit investasi portofolio sebagai dampak keluarnya dana asing dari saham domestik dan SUN rupiah,” jelas Tirta.
Kondisi itu, katanya, akibat dari kondisi pasca-pengumuman Pemilu Presiden AS yang dimenangkan Donald Trump. “Serta dipengaruhi surplus investasi langsung yang juga lebih rendah karena dipengaruhi outflow di sektor pertambangan,” tutur dia.
Dengan perkembangan tersebut, lanjut Tirta, menbuat Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) di triwulan IV-2016 itu mencatat surplus sebesar US$ 4,5 miliar.
“Makanya, ke depan BI akan terus mewaspadai perkembangan global, khususnya risiko terkait arah kebijakan AS dan China. Serta meningkatnya harga minyak dunia. Kondisi itu dapat memengaruhi kinerja NPI secara keseluruhan,” tegas Tirta.
Namun demikian, BI yakin kinerja NPI akan semakin baik, karena didukung bauran kebijakan moneter dan makroprudensial, serta penguatan koordinasi kebijakan dengan pemerintah, khususnya dalam mendorong percepatan reformasi struktural.
(Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh: