Seorang ibu memasangkan seragam baru SD pada anaknya di Pasar Mester Jatinegara, Jakarta Timur, Minggu (10/7/2017). Menjelang masuk sekolah sejumlah pedagang baju seragam sekolah dan buku tulis banyak diserbu para pembeli.

Jakarta, Aktual.com -Ratusan anak usia SD/SMP di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, meninggalkan bangku sekolah untuk bekerja membantu kebutuhan ekonomi keluarga dengan berbagai profesi yang digelutinya.

“Kami sangat prihatin melihat anak-anak putus sekolah itu,” kata Sarip (55), seorang penggiat pendidikan saat memperingati Hari Anak Nasional di Lebak, Minggu (17/7).

Berdasarkan pemantauan, mereka anak-anak usia sekolah terlihat di jalanan menjadi pemulung, pengamen, pengemis, tukang semir sepatu, asisten rumah tangga, buruh bunga cengkih, pekerja pabrik, penggembala ternak, dagang plastik kresek, pedagang abu gosok dan lainnya.

Anak-anak itu terlihat di sejumlah toko serba ada (toserba), pasar, stasiun KA, perkantoran, terminal, ladang, serta berjualan keliling permukiman penduduk.

“Kami berharap anak-anak itu bisa kembali mengenyam pendidikan untuk masa depan mereka,” ucap Sarip, berharap.

Egi (14), warga Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak mengatakan, ia meninggalkan bangku sekolah sejak dua tahun lalu akibat himpitan ekonomi keluarga. Ia sehari-hari menjadi penjual plastik di Pasar Rangkasbitung.

“Kami sehari bisa membawa uang antara Rp10 ribu Rp20 ribu untuk jajan sendiri, dan kadang juga untuk membantu orangtua membeli beras,” ujarnya, lirih.

Ia mengaku dirinya putus sekolah saat duduk di bangku kelas VI SD karena orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikan.

Kendati sekarang sekolah gratis, orangtua masih tetap harus mengeluarkan uang untuk membeli seragam sekolah, buku pelajaran, dan uang jajan.

“Kami sudah dua tahun menjadi penjual plastik dan bisa membantu ekonomi orangtua,” ujarnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Nebby