Garis kemiskinan pada Maret 2015 hingga Maret 2016 mengalami kenaikan sekitar 5,42 persen. Jumlah penduduk miskin di DIY pada Maret 2016 sebanyak 49.940 orang atau naik 9.380 sejak September 2015 sebanyak 45.560 orang, menjadikan provinsi ini sebagai wilayah termiskin di pulau Jawa.

“Itu fakta yang terjadi dan data ini dari pemerintah sendiri lho, kita tidak mengada-ada. Selama ini investasi dan pertumbuhan ekonomi yang diuntungkan hanya pemilik modal, pemilik perusahaan, sedangkan buruh ya gajinya tetap rendah,” paparnya.

Disaat investasi di Yogyakarta semakin tinggi harusnya tingkat kemiskinan, indeks gini serta besaran pendapatan menjadi rata, kesejahteraan membaik, namun yang terjadi justru sebaliknya.

“Pertumbuhan ekonomi yang menikmati bukan buruh, bukan masyarakat, tapi hanya segelintir orang,” tandas Kirnadi.

Ia pun mencontohkan profesi wartawan sebagai buruh yang mendasarkan upah pada UMK. Meski bobot pekerjaan sama dengan daerah lain namun hasil yang didapat berbeda, padahal perbandingan biaya kebutuhan pokok sebut saja DIY dan DKI pun tidak jauh berbeda.

Artikel ini ditulis oleh:

Nelson Nafis
Nebby