Jakarta, Aktual.com – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan mengungkapkan, pemerintah akan menunda proyek listrik 15.200 Mega Watt (MW). Penundaan ini berarti proyek strategis nasional pengadaan listrik 35.000 MW tidak akan terselesaikan sesuai yang direncanakan.
Penundaan ini merupakan tanggapan pemerintah atas anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Dengan menunda penyelesaian proyek ini, maka pemerintah akan terhindar dari membengkaknya defisit berjalan akibat beban impor untuk memenuhi kebutuhan proyek ini.
Menurut Jonan, proyek kelistrikan yang ditunda pelaksanaannya itu adalah proyek yang belum mencapai tahap financial closing. Setidaknya ada sebanyak 15.200 mega watt proyek yang ditunda pelaksanaannya.
“Dulu memang diawalkan selesai tahun 2019, tapi sekarang ditunda. Ada yang ditunda sampai 2021, ada juga yang sampai 2026. Jadi digeser sesuai dengan kebutuhan permintaan kelistrikan,” ujar Jonan dalam jumpa pers di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (4/8) malam.
Seakan menghindar kepanikan, ia bahkan sempat mengulang ucapannya dengan menegaskan bahwa proyek tersebut hanya ditunda, bukan dibatalkan.
Ia menjelaskan, estimasi pertumbuhan sistem kelistrikan pada tahun lalu, yang sebesar 7%, setidaknya pada tahun ini dapat tumbuh sebesar 6% dari target yang ditetapkan dalam APBN sebesar 8%.
“Tahun ini maksimum ya sekitar 6%. Jadi dari target APBN 8% jadi 6%. Makanya banyak proyek yang digeser, ada 15.200 MW yang digeser,” ujarnya.
Jonan menjelaskan, dengan penundaan proyek tersebut maka pemerintah setidaknya bisa mengurangi beban impor di angka US$8 hingga Rp10 miliar. Meski begitu, Ia mengatakan, rasio elektrifikasi tetap ditargetkan tercapai 99% pada tahun 2019.
“Total investasi ada US$24-25 miliar investasi yang digeser.”
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan