Jakarta, Aktual.co —Kesatuan Aksi Mahasiswa Islam Indonesia (KAMMI) melakukan aksi di depan kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang terletak di Jalan MH. Thamrin, Jakarta Pusat.
Mereka menuntut pertanggungjawaban pemerintah atas naiknya BBM bersubsidi sebesar Rp2.000, yang membuat rakyat semakin tercekik.
“Mereka (pemerintah) tidak berfikir dengan penderitaan rakyat. Yang mereka pikirkan adalah kepentingan asing. Menaikan BBM adalah keputusan ilegal,” kata Ketua Bidang Kebijakan Publik PP KAMMI, Romidi Karyawan, dalam orasinya di Jakarta, Jum’at (21/11).
Lanjut Romidi, kenaikan BBM bersubsidi adalah bentuk pendustaan dari pemerintah. “Kita meminta pertanggungjawaban dari Menteri ESDM Sudirman Said atas hal ini. Dan kita tahu Jokowi adalah pinokio yang suka berbohong.”
Presiden Jokowi, ditudingnya telah menutup mata saat pemilihan menteri-menterinya dengan membiarkan masuknya tiga menteri yang mereka tuding terindikasi sebagai mafia migas. Yakni Menteri ESDM Sudirman Said, Menteri BUMN Rini Soemarno, dan Menko Perekonomian Sofyan Djalil.
“Kalau pun belum terbukti, maka kenaikan BBM ini adalah tanggung jawab mereka. Sehingga mereka semestinya harus di turunkan jadi menteri,” ujarnya.
Kata dia, Kebijakan Pemerintahan Jokowi adalah kebijakan berbau neolib. Di mana baru sebulan menjabat sebagai presiden, dia sudah menandatangani 20 MoU dengan pihak asing. 
“Apalagi kalau sudah menjabat lima tahun, apa yang terjadi pada Indonesia? Ini lah neolib dalam Pemerintahan Jokowi-JK,”  ujarnya.
Setelah melakukan orasinya KAMMI melakukan aksinya di depan Istana Negara Bersama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan melakukan orasinya bersama untuk menentu kenaikan BBM.
Kemarin malam, aksi serupa juga dilakukan ratusan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatulah, Ciputat, Tangerang Selatan, Kamis (20/11).
Aksi semalam bahkan diwarnai kericuhan, di mana aparat kepolisian menembakan gas air mata ditengah-tengah kerumunan pendemo. Para pendemo pun langsung berlarian masuk ke dalam kampus.
Para mahasiswa yang tergabung dalam aliansi Mahasiswa Bergerak ini menolak kenaikan harga ВВМ yang dirasa merugikan masyarakat Indonesia.
“Naiknya harga bbm ini berdampak sistemik, dengan diiringi naiknya harga kebutuhan pokok, kemudian ditambah naiknya harga tarif dasar listrik” singkat koordinator aksi Putera kamis 20/11.
Aksi mahasiswa ini sempat menghentikan laju kendaraan di kedua arahnya, sementara pihak kepolisian sektor Ciputat serta bantuan pasukan dari Polres Jakarta Selatan masih berjaga di sekitar kampus UIN Syarif Hidayatulah Ciputat Tangerang Selatan. 

Artikel ini ditulis oleh: