Jakarta, Aktual.com – Ketua DPR RI Bambang Soesatyo menilai demokratisasi harus perpijak pada akar budaya nasional, bukan malah sebaliknya mengeliminasi semua akar budaya nasional yang tumbuh di tengah masyarakat.
“Demokratisasi jangan sampai menunggangi kebebasan berbicara, termasuk mengritik untuk merusak rasionalitas publik,” kata Bambang Soesatyo, di Jakarta, Sabtu (9/6).
Menurut pria yang akrab disapa Bamsoet ini, akar budaya nasional tentang kesantunan dan rasionalitas, harus tetap tegak agar harmoni dalam hidup berbangsa dan bernegara yang sudah terwujud sejak lama.
Politisi Partai Golkar ini menegaskan, sangat penting bagi semua elemen masyarakat untuk saling mengingatkan pentingnya merawat perilaku ramah dan santun sebagai akar budaya nasional.
“Dari perilaku ramah dan santun yang melekat pada seluruh masyarakat Indonesia yang beragam itulah terbangun pondasi harmoni kehidupan berbangsa dan bernegara,” tuturnya.
Menurut Bamsoet, keramahan dan semangat saling menghormati itu mendorong masyarakat Indonesia mewujudkan saling pengertian dalam menyelesaikan banyak persoalan atau musyawarah untuk mufakat.
“Komunitas internasional, sejak dulu sudah menerima fakta tentang keramahan dan kesantunan sebagai ciri khas masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia juga dikenal sebagai komunitas yang agamis dan bersemangat gotong royong,” ujarnya.
Kini, kata dia, demokratisasi pada semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara boleh saja terus berproses, tapi semua tahapan proses demokratisasi itu tidak boleh merusak akar budaya nasional, terutama keramahan dan kesantunan.
“Masyarakat Indonesia tidak boleh tercerabut dari akar budayanya sebagai salah satu elemen penting kehidupan,” katanya.
Bamsoet mengingatkan, kalau masyarakat dibiarkan mengingkari akar budayanya, yang akan terjadi adalah disharmoni, masing-masing merasa paling benar dan ingin menang sendiri.
“Disharmoni yang berlarut-larut dapat menimbulkan kerusakan yang bisa sulit dikalkulasi,” imbuhnya.
Mantan Ketua Komisi III DPR RI ini mengingatkan, pentingnya untuk saling mengingatkan di antara elemen masyarakat agar selalu berpijak pada akar budaya nasional yang telah diwarisi dari leluhur.
Ant.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan