Jakarta, Aktual.com-Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Ahmad Mubarok, menyatakan, pernyataan Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pasca ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan penistaan agama semakin menunjukkan karakter aslinya.
Selain itu, pernyataan Ahok di Rumah Lembang mengenai fitnah dan optimisme menang satu putaran membuat warga Jakarta dan umat Islam semakin kencang melakukan perlawanan.
“Kita justru berterima kasih dia nantang bakal menang satu putaran. Itu menunjukkan karakter aslinya. Dia kalap dan melawan siapa saja. Omongan dia tidak berubah,” terang Mubarok usai diskusi ‘Pasca Ahok Tersangka dan Memaknai Safari Politik Jokowi’ di Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (17/11).
Menurutnya, sikap Ahok yang tidak berubah akan menjadi energi bagi warga Jakarta dan umat Islam yang sebelumnya merasa telah tersakiti.
“Ini justru menambah energi buat umat Islam dan pihak lawannya untuk kalahkan Ahok,” jelas Mubarok.
Di tempat yang sama, aktivis Petisi 28 Haris Rusli mengatakan Ahok seharusnya menyadari kemarahan warga Jakarta dan umat Islam merupakan akumulasi dari berbagai permasalahan di DKI Jakarta.
“Itu merupakan akumulasi dari berbagai permasalahan, bukan karena soal Surat Al Maidah. Kalau lisan Ahok tidak bisa dijaga, ini bisa meletup lagi. Semua ini kan sebetulnya karena karakter Ahok, karakter yang sudah mendarah daging. Jadi semua karena dirinya sendiri,” ucapnya.
Ahok, kata Haris, menuai kontroversi karena terus-terusan tidak bisa menjaga mulutnya. Elektabilitasnya yang pada awalnya tinggi akan terus merosot karena perilakunya sendiri. Dalam istilahnya, Ahok melakukan bunuh diri politik. Karenanya ia tidak percaya Ahok bakal menang satu putaran.
Yang ada, bukannya menang satu putaran tetapi membuat situasi terus berkecamuk hingga ujungnya berakhir pada kekalahan.
“Faktor Ahok ini yang turut membuat kondisi dan situasi sosial berkecamuk, karena menciptakan mindshet bahwa NKRI sudah tidak penting lagi,” imbuhnya.
“Ini bahaya, karena kelompok agama dan etnis akan berrfikir, untuk apa bergabung dengan NKRI karena gubernurnya tidak sesuai dengan kelompoknya,” pungkas Haris
Artikel ini ditulis oleh: