Hing Kong, aktual.com – Pemrotes Hong Kong berencana bergabung dengan “pertemuan umum anti-totalitarianisme” pada Minggu (29/9), menyusul bentrokan rusuh lain pada malam hari dengan polisi, setelah berpekan-pekan kerusuhan pro-demokrasi di kota yang dikuasai China tersebut.

Polisi menembakkan gas air mata dan menyemprotkan air pada Sabtu malam (28/9) untuk membubarkan pemrotes yang melemparkan bom bensin dan batu, sehingga memecah kaca jendela kantor pemerintah dan memblokir jalan utama di dekat markas lokal Tentara Pembebasan Rakyat China.

Serangkaian protes untuk mendukung dan menentang penguasa Partai Komunis kota itu di Beijing direncanakan sebelum ulang tahun ke-70 Republik Rakyat pada Selasa, termasuk di konsulat bekas penguasa Hong Kong, Inggris.

Ribuan orang, tua dan muda, berkumpul secara damai pada Sabtu di taman di dekat pelabuhan untuk meluncurkan peringatan kelima gerakan pro-demokrasi “Payung”, yang memadati jalan selama 79 hari pada 2014.

Lalu kerusuhan meletus, yang mengikuti satu pola selama beberapa pekan belakangan, kata Reuters.

Para pemrotes anti-pemerintah telah menyerang gedung Dewan Legislatif, Kantor Perantara utama Beijing, menduduki bandar udara, melemparkan bom bensin ke arah polisi, mencorat-coret stasiun metro dan menyalakan api di jalan.

Polisi telah menanggapi dengan gas air mata, semprotan air, peluru karet dan kadangkala peluru aktif yang ditembakkan ke udara.

Pemrotes marah mengenai apa yang mereka pandang sebagai merayapnya campur-tangan China di Hong Kong, yang dikembalikan kepada China pada 1997 dengan formula “satu negara, dua sistem” –yang menjamin kebebasan yang tidak dinikmati di China Darat.

China membantah tuduhan tersebut dan malah menuduh pemerintah asing, termasuk Amerika Serikat dan Inggris, mengipas-ngipasi perasaan anti-China.

Protes dipicu pada Juni oleh rancangan undang-undang ekstradisi yang direncanakan, tapi sejak itu dicabut, yang mestinya mengizinkan pengekstradisian tersangka penjahat ke China Daratan. Tapi protes tersebut telah berkembang menjadi gerakan pro-demokrasi yang lebih luas.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Zaenal Arifin