Jakarta, Aktual.com — Wacana pemerintahan Jokowi-JK untuk menggulirkan penggunaan energi baru terbarukan (EBT), bertujuan agar mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap energi yang berasal dari fosil.
Namun, wacana itu mulai terpinggirkan ketika harga minyak dunia terus turun atau cenderung justru lebih murah ketimbang energi baru terbarukan (EBT). Lalu apakah wacana itu akan tetap dilakukan?.
Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Rinaldy Dalimy mengatakan bahwa wacana untuk mengganti energi fosil ke EBT akan tetap terjadi.
“Energi baru terbarukan ini tidur saja kita, maka kita tetap akan sampai ke sana, karena dunia akan menuju ke energi terbarukan itu. Seperti sudah adanya sekarang ini lampu hemat energi,” kata Rinaldy dalam acara diskusi, di Gedung Dewan Pers, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Minggu (29/11).
Menurut dia, EBT tidak selamanya mahal bila dibandingkan dengan energi yang ada saat ini. Akan tetapi, justru pemerintah dalam melihat pembangunan hingga produk yang dihasilkan EBT menjadikan harga minyak sebagai patokan.
“Tidak semua energi terbarukan selamanya mahal, energi terbarukan dapat bersaing dengan energi lainnya. Namun, seringkali dimana bila energi itu di bawah dari harga minyak maka itu harganya lebih ekonomis,” ujar dia.
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Indef, Enny Sri Hartati mengatakan jika pemerintah sudah harus mengimplementasikan kebijakan tentang EBT, lantaran barang fosil yang akan habis pada 2025.
“Bahwa dalaam kebijakan energi jangka panjang adalah keniscayaan, barang fosil akan habis diseluruh dunia. Selama belum kiamat, manusia akan tetap butuh energi. Sehingga, kedepan kita sudah mulai dengan energi ramah lingkungan, dan EBT sudah menjadi keniscayaan untuk energi jangka panjang,” ucap dia.
“Yang terjadi sampai hari ini road map (EBT) ada, tapi masih menjadi dokumen bukan menjadi implementasi. Hari ini bila berdsaarkan road map, bahan bakar minyak sudah menurun dan langsung dihgantikan batu bara hingga nanti ke arah EBT,” tandas dia.
Artikel ini ditulis oleh:
Novrizal Sikumbang
Arbie Marwan