Tapi apa itu puisi esai? Puisi esai adalah puisi yang digagas oleh Denny J.A. yang merupakan inovasi cara bertutur.
Ketika kita ingin menuliskan kisah sejarah atau true story misalnya, kisah itu bisa dibuatkan dalam bentuk makalah ilmiah. Atau kisah itu bisa dibuatkan reportase jurnalisme. Kedua cara berturut ini harus bersandar pada fakta.
Denny JA mengembangkan cara lain bahwa kisah true story itu, yang acap kali dramatis, itu dilaporkan dalam bentuk puisi esai. Dalam puisi esai . elemen fiksi begitu kokohnya. Sementara elemen fakta disampaikan lewat catatan kaki yang sentral dalam puisi esai.
Benar itu peristiwa terjadi. Benar itu terjadi di tahun dan tempat tertentu. Tapi dihadirkan di sana drama-drama yang fiksi, agar peristiwa itu lebih mudah diingat, lebih dramatis, dan lebih menyentuh hati. Itulah puisi esai yang digagas Denny J.A. sejak tahun 2012.
Dintahun 2024 ini, Denny J.A. menerbitkan dan mempublikasi buku puisi esainya yang ke-6. Judulnya, “Yang Tercecer di Era Kemerdekaan.”
Sebelumnya, Danny J.A. juga sudah pernah menerbitkan 5 buku puisi esainya lainnya.
Pertama adalah “Atas Nama Cinta,” yang terbit di tahun 2012. Buku ini menggali dan merekam suasana diskriminasi yang masih dirasakan publik luas setelah reformasi.
Mulai dari diskriminasi yang sifatnya agama, diskriminasi gender, diskriminasi etnik, dan juga diskriminasi orientasi seksual. Inilah buku puisi esainya yang pertama yang ada, dan itu pula awal diperkenalkannya genre puisi esai.
Lalu kedua, Denny J.A. menerbitkan juga buku yang berjudul “Kutunggu di Setiap Kamis.” Puisi esainya ini menggali kisah orang-orang yang hilang dalam sejarah Indonesia sejak tahun 1965 sampai 1998.
Setiap hari Kamis itu puluhan ibu-ibu, bapak-bapak, laki dan perempuan berdemonstrasi di depan istana negara di Jakarta dengan membawa payung hitam. Mereka mencari keluarga mereka yang hilang. Denny JA pun menggali kisah di balik peristiwa hilangnya seorang aktivis di tahun 1998 itu yang dikisahkan
Buku puisi esai ketiga, Denny JA menggali kisah-kisah yang lebih filosofis. Judulnya Roti Untuk Hati.
Ini kisah-kisah yang lebih menggambarkan perjalanan individu mencari meaning of life. Ia menggali kisah-kisah yang filosofis mengenai agama, seni hidup. Juga mengenai cara individu menemukan arti dalam hidupnya.
Buku keempat, Denny JA menulis buku pusih esei berjudul “Jiwa Yang Berzikir.” Puisi esai ini lebih menggali ayat-ayat kitab suci Al-Quran. Memang puisi Jiwa Yang Berzikir ini dibuatnya sepenuh bulan Ramadan.
Denny JA mencoba menyusuri 30 juz Al-Quran,!mencari apa intisar dari juz itu. Lalu ia padukan dengan kisah-kisah sejarah yang pernah terjadi, tidak hanya di Indonesia tapi juga di seluruh negeri.
Buku puisi esainya yang kelima judulnya adalah “Jeritan Setelah Kebebasan.” Buku ini mengenai aneka konflik primordial yang terjadi setelah reformasi.
Di Maluku, konflik antara Kristen dan Muslim. Di Sampit, perselisihan berdarah antara suku Madura dan suku Dayak.
Di Lampung, konflik antara suku Lampung dan Bali. Di Jakarta terjadinamuk masa terhadap etnik Tionghoa. Sedangkan di Mataram, NTB, kasus pengungsian dari pemeluk agama Ahmadiyah.
Artikel ini ditulis oleh:
Tino Oktaviano