Penggagas genre puisi esai, Denny JA. Aktual/DOK PRIBADI

Jakarta, aktual.com – Peluncuran 37 buku puisi esai pada Festival Puisi Esai Jakarta II tahun 2024 ini menunjukkan bahwa keberadaan Angkatan Puisi Esai memang kokoh dan didukung secara kuat oleh karya-karya para penulis yang masif. Hal itu dinyatakan oleh penggagas genre puisi esai, Denny JA.

Denny JA mengungkapkan arti penting peluncuran 37 buku puisi esai tersebut di sela-sela Festival Puisi Esai Jakarta II, pada 13-14 Desember 2024, di PDS HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Menteng, Jakarta Pusat.

Buku puisi esai yang diluncurkan di festival tersebut bukan cuma karya penulis Indonesia, tetapi juga beberapa buku karya penulis dari negara jiran Malaysia. Buku puisi esai itu juga ada yang menggunakan bahasa Inggris.

Di hari pertama festival itu, Denny JA menyerahkan secara simbolis buku puisi kepada Presiden Komunitas Puisi Esai ASEAN Datuk Jasni Maltani, disaksikan Ketua Panitia Festival Puisi Esai Jakarta II Fatin Hamama R. Syam. Sumbangan buku puisi esai juga diberikan kepada Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin.

Panitia menyatakan, Festival Puisi Esai II tahun 2024 ini mampu menggaet generasi baru untuk menulis puisi esai mini. Sebanyak 37 buku puisi esai mini dari Aceh hingga Papua, dan luar negeri diluncurkan. Buku tersebut menghimpun 370 penulis kalangan generasi Z dan 37 orang kakak asuh.

Denny JA menjelaskan, kakak asuh adalah para sastrawan yang sudah lama terlibat dalam menulis puisi esai.

Di antaranya Fatin Hamama, Anwar Putra Bayu, Monica JR, Isbedy Stiawan ZS, D Kemalawati, Sastri Bakry, Isti Nugroho, Rita Orbaningrum, Nia Samsihono, Dhenok Kristianti, Gunoto Saparie, M. Thobroni, Hamri Manopo, Datuk Jasni Matlani.

Generasi awal puisi esai, tampak nama-nama yakni Agus R. Sarjono, Jamal D. Rahman, Joni Ariadinata, Ahmad Gaus. Selain nama baru dalam blantika puisi esai yang juga hadir, Gol A Gong, Okky Madasari, dan sebagainya.

Di antara 37 buku ini, Denny JA menggarisbawahi empat buku penting bagi Angkatan Puisi Esai. Empat buku ini mendokumentasikan gerakan puisi esai.

“Empat buku ini memastikan gagasan, perjuangan, dan pencapaian puisi esai tidak hilang. Ia menjadi arsip berharga bagi generasi mendatang untuk memahami akar pemikiran yang memengaruhi gerakan puisi esai,” ungkap Denny JA.

Empat buku istimewa itu adalah dokumentasi puisi esai dan review tentang puisi esai, yang mencakup periode dari 2012 hingga 2024. Empat buku ini digarap oleh Agus R. Sarjono, Jamal D. Rahman, Ahmad Gaus, Irsyad Muhammad, Joni Ariadinata, Jonminofri Nazir, Berthold Damhauser, Ipid Saefidier Dimyati, dan Imam Qalyubi.

Empat buku itu adalah: Angkatan Puisi Esai: Kelahiran dan Masa-Masa Awal, 2012-2014 (597 halaman); Angkatan Puisi Esai: Menuju Indonesia, 2015-2019 (601 halaman); Angkatan Puisi Esai: Menuju Mancanegara, 2020-2024 (535 halaman); dan Angkatan Puisi Esai: Dalam Kritik dan Esai (815 halaman).

“Setiap gerakan sastra membutuhkan pijakan awal sebelum menjangkau pengaruh yang lebih besar. Dokumentasi 12 tahun ini adalah fondasi yang kokoh dan langkah penting untuk memperkuat identitas genre puisi esai,” tutur Denny JA.

Artikel ini ditulis oleh:

Tino Oktaviano