Jakarta, Aktual.com – Iman menurut definisinya adalah pengakuan lisan yang dibenarkan oleh hati dan dibuktikan dengan perbuatan. Keimanan seseorang yang sebenarnya hanya diketahui oleh Allah. Keimanan tersebut dibuktikan dengan berbagai cobaan ataupun ujian yang mereka hadapi. Dalam hal ini Allah SWT telah berfirman:
أَحَسِب النّاسَ أن يقَو لو ا أمنّا وهم لا يفتنون
Artinya: “Apakah manusia mengira mereka akan dibiarkan dengan hanya mengatakan “kami beriman” dan mereka tidak di uji.”(QS. al ‘Ankabut ayat 2)
Hakikat ujian adalah untuk membuktikan pengakuan keimanan seseorang mereka baik dalam melaksanakan perintah ataupun meninggalkan larangan. Mereka di uji oleh Allah untuk membuktikan kebenaran pengakuan.
Dan dari cara sesorang mensikapi ujian tersebut, akan diketahui benar atau tidaknya pengakuan mereka, hal tersebut juga telah di berikan pada pada kaum-kaum terdahulu. Mengenai hal ini juga Allah berfirman:
ولقد فتنّا الذين من قبلهم فليعلمنّ الله الين صدقوا وليعلمنّ الكا ذبين
Artinya: ”Dan sungguh,kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan orang-orang yang dusta” (QS. al ‘Ankabut ayat 3 )
Kadar keyakinan yang telah dibuktikan dengan berbagai ujian akan menempatkan seseorang pada derajat atau kedudukan tertentu. Dan kedudukan tersebut menunjukkan posisi kedekatan mereka kepada Allah SWT.
Satu derajat kedudukan dan derajat kedudukan yang lain sangatlah jauh berbeda, baik keutamaan ataupun kedekatan mereka kepada Allah SWT.
Dalam kitab Risalatul mu’awanah karya alhabib Abdulloh bin ‘Alwy al Haddad menerangkan ada tiga tingkatan derajat kedudukan atau maqom seseorang menurut tingkat keyakinan mereka, yaitu maqom (kedudukan) ashabul yamin, maqom muqorrobin dan maqom para nabi.
Derajat kedudukan ashabul yamin atau juga disebut derajat mu’minin yaitu ketika keyakinan sesorang sudah mulai tumbuh dan berkembang, tetapi masih mungkin untuk dimasuki keraguan dan terkena goncangan yang mungkin menggerus keimanan.
Yang kedua adalah derajat kedudukan Muqorrobin yaitu kedudukan orang-orang yang keyakinan mereka sudah kokoh serta stabil mengakar pada hati seseorang yang sudah tidak dapat dimasuki hal-hal yang merusak keyakinan tersebut . pada derajat kedudukan ini sesuatu hal yang gaib seolah menjadi nyata terlihat.
Kemudian derajat ketiga adalah derajat kedudukan para Nabiyyin dan para Shiddiqin, dimana pada derajat kedudukan ini keyakinan mereka telah benar-benar sempurna sehingga sesuatu hal yang gaib benar-benar terlihat nyata karena hijab atau penghalang mereka pada hal-hal gaib sudah benar-benar terbuka atau disebut Mukasyafah.
Ketiga derajat kedudukan diatas merupakan
Anugerah serta pertolongan dari Allah SWT. Dan kita sebagai makhluq ciptaanya hanya berusaha dan berdoa serta berserah diri kepada semua ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Laporan: Syafiq Eljontrowi
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid