Jakarta, Aktual.co — Penyebab terbesar munculnya desakan perombakan (reshuffle) Kabinet pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla (Jokowi-JK) adalah turunnya tingkat kepuasan masyarakat.
Pengamat Komunikasi Politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio menilai timbulnya desakan reshuffle adalah buruknya pola komunikasi buruk dari pemerintah ke masyarakat. Khususnya, dalam sosialiasi kebijakan strategis seperti penentuan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), impor beras, kenaikan harga tarif dasar listrik dan gas.
“Jadi jangan salahkan rakyat bila sering mengharapkan solusi pragmatis dari presiden, salah satunya reshuffle,” jelas Hendri, di bilangan Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (10/5).
Lebih jauh disampaikan Hendri, dalam sebuah survei mengenai tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Jokowi-JK hasilnya pun menunjukan jika masyarakat kecewa dengan program-program pemerintah.
“Tingkat kepuasan publik secara umum terhadap presiden dan wakil presiden hanya 31,3 persen dan 65,5 persen mengaku tidak puas terhadap kinerja pemerintah,” bebernya.
Seperti diketahui, reshuffle Kabinet Kerja Jokow-JK memang menjadi perbincangan hangat di Masyarakat. Beberapa faktor pemicu utamanya adalah kenaikan Harga BBM dan kenaikan harga kebutuhan pokok.
Desakan reshuffle dikabarkan tengah merujuk beberapa nama, yakni Menteri BUMN, Rini Soemarno, Menteri Perekonomian, Sofyan Djalil, Menteri Pedesaan dan Daerah Tertinggal, Marwan Djafar, Menteri Perhubungan, Ignatius Jonan serta Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi.
Artikel ini ditulis oleh: