Ketua DPR Setya Novanto berjabat tangan dengan Ketua Senator Swiss Claude Heche di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (18/11/2015). Kunjungan membahas mengenai hubungan bilateral Indonesia-Swiss.

Jakarta, Aktual.com — Polemik yang menyeret nama Ketua DPR RI Setya Novanto dalam kasus dugaan pencatutan nama presiden untuk mendapatkan saham dalam perpanjangan kontrak PT Freeport maupun soal dugaan pemberian surat penagihan hutang kepada PT Pertamina terus menarik perhatian publik.

Menanggapi hal itu, Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Desmond J Mahesa melihat adanya suatu keanehan yang harus diungkap secara serius oleh Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) dalam menjaga marwah lembaga legislatif ini.

“Ada sesuatu keanehan yang saya lihat, kenapa Novanto direkam dan kenapa dibocorkan. Apakah karena Novanto ini mengganggu mekanisme persekongkolan antar berbagai kepentingan yang ada dalam kasus perpanjangan kontrak Freeport,” kata Desmond, di Komplek Parlemen, Senayan, Rabu (18/11).

“Apakah Novanto tidak sepaham dengan Freeport dan Menteri Sudirman Said, karena dianggap mengganggu, sehingga pembocoran itu dilakukan,” tambah dia.

Terlebih, sambung dia, dengan adanya pernyataan Juru Bicara PT Freeport Indonesia yang mengatakan tidak ada pelobi tak resmi dan tidak ada pencatut nama presiden?. Desmond mengaku hal itu justru menjadi pertayaan dan membuat kasus ini semakin mempertanyakan apa yang dilakukan Menteri Sudirman Said.

“Ini menjadi pertanyaan juga apa yang sedang dimainkan Sudirman Said, dalam konteks ini saya melihat bahwa ada tangan luar biasa yang membuat Sudirman sangat berani, tiba-tiba nongol ada Novanto dikasus lain, ini kan hebat banget, yang luar biasa itu ternyata sial terus,” tandas dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang