Jakarta, Aktual.com — Penulis Asma Nadia yang menjadi tamu dalam ‘Frankfurt Book Fair’ menyempatkan diri menjadi narasumber dalam sebuah kajian bulanan masyarakat Muslim Indonesia yang bermukim di Frankfurt dan sekitarnya yang bertajuk ‘Mengenal Islam via Film dan Novel’.
Pengurus Masjid Indonesia Frankfurt, Siska Premida Wardani, Rabu (21/10), mengatakan, acara diadakan di Masjid Indonesia Frankfurt yang berlokasi di Muhlberg, tidak jauh dari pusat kota serta dihadiri para pelajar Indonesia yang sedang menuntut ilmu di Jerman.
Dalam kesempatan tersebut Asma Nadia yang telah menulis puluhan buku yang sebagian merupakan ‘best seller’ dan telah diangkat ke dalam film dan sinetron mengajak para jemaah untuk gemar menulis.
Asma Nadia menyebutkan bahwa menulis dapat menjadi sebuah cara untuk berjuang dalam agama Islam dan kebaikan.
Apabila seorang penulis adalah orang yang salih, cerdas, atau bijak maka dengan tulisannya tersebut diharapkan agar kesalihannya, kecerdasannya, atau kebijaksanaannya tersebar kepada lebih banyak orang.
Selain itu, Asma Nadia juga menyebutkan dirinya bersyukur sekali di antara novelnya telah diangkat ke layar lebar dan layar kaca, antara lain ‘Emak Ingin Naik Haji’, ‘Surga yang Tak Dirindukan’, ‘Assalamualaikum Beijing’, ‘Rumah Tanpa Jendela’, dan ‘Catatan Hati Seorang Istri’ yang diangkat ke dalam sinetron laris.
‘Surga yang Tak Dirindukan’ yang mengangkat tema poligami tercatat menjadi film Indonesia terlaris sepanjang tahun 2015 ini.
Asma Nadia mengungkapkan bahwa dengan banyaknya penonton film dan sinetron tersebut berarti makin banyak orang yang tersentuh hatinya dengan nilai-nilai Islami dan kebaikan yang dituangkan lewat novel-novelnya.
Dalam kesempatan yang sama, Asma memberikan tips agar menjadi penulis yang produktif dan berkualitas dengan cara aktif memetakan ilmu atau nilai apa yang dibutuhkan masyarakat.
Selain itu, peka terhadap fenomena lingkungan sekitar misalnya maraknya perceraian yang menjadi pemicu Asma Nadia menulis novel ‘Sakinah Bersamamu’.
Serta terus aktif menulis dengan menjadikan menulis sebagai kebutuhan bukan lagi sebagai hiburan di kala senggang semata.
Sementara itu, Dian Pelangi, perancang busana muslim yang ikut hadir mengungkapkan bahwa fesyen, musik, dan seni adalah bahasa universal yang dapat digunakan sebagai cara untuk syiar Islam sekaligus membawa nama Indonesia dalam kancah internasional.
Sebagai perancang busana, Dian menginginkan semakin hari semakin banyak wanita yang mau mengenakan pakaian muslimah dan hijab.
Artikel ini ditulis oleh: