Jakarta, Aktual.com – Pembangunan infrastruktur yang sangat penting dianggap bisa menciptakan kegiatan ekonomi di sekitarnya. Untuk itu, Indonesia masih membutuhkan lebih banyak pembangunan infrastruktur.

Peneliti Core Indonesia, Hendri Saparini menegaskan, hingga kini setidaknya ada tiga fungsi terkait infrastruktur, yaitu peningkatan efisiensi, pemerataan, dan penyediaan sarana kebutuhan publik.

Dalam APBN 2019, pemerintah menyiapkan anggaran infrastruktur sebesar Rp415 triliun untuk mendukung konektivitas, penyediaan perumahan, dan ketahanan pangan.

Target pembangunan infrastruktur tersebut antara lain pembangunan jalan 1.837 kilometer dan jembatan 37.177 meter. Selain itu, pemerintah akan membangun 16 proyek jalan tol.

Anggaran infrastruktur juga untuk melanjutkan pembangunan bendungan 48 unit, jalur kereta api sepanjang 394,8 km, menyelesaikan bandara baru di empat lokasi, dan membangun jaringan irigasi sebanyak 170,4 ribu hektare.

Hal ini berdampak positif ke kinerja sejumlah perusahaan seperti PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP), produsen beton pracetak (precast) dan beton cair (ready mix) terbesar di Tanah Air. Di 2018, kapasitas produksi anak usaha PT Waskita Karya Tbk (WSKT) itu mencapai 3,5 juta ton, meningkat 7,7% dari 2017 di 3,25 juta ton.

Saat ini, WSBP memiliki 11 plant yang tersebar di sejumlah daerah, yaitu Cibitung, Palembang, Karawang, Subang, Sadang, Sidoarjo, Kalijati, Bojonegara, Klaten, Gasing, dan Legundi serta memiliki 72 batching plant.

Tahun lalu, nilai kontrak baru WSBP mencapai Rp 6,66 triliun. Adapun total kontrak yang dikelola (order book) senilai Rp 17,34 triliun, termasuk kontrak bawaan (carry over) tahun 2017 sebesar Rp 10,68 triliun.

Sementara itu, pendapatan perseroan hingga kuartal III-2018 sebesar Rp5,43 triliun, naik 8,3% dari Rp 5,01 triliun (year on year). Laba bersih naik 7,2% menjadi Rp 885 miliar dari Rp 825 miliar. Adapun gearing ratio per kuartal III-2018 sebesar 75,4%, gross margin 28,7%, dan net profit margin 16,3%.

Tahun ini, WSBP akan tetap mempertahankan kinerjanya, baik dari sisi pendapatan usaha, laba, dan nilai kontrak baru.

“Pada 2019, perseroan menargetkan laba naik sekitar 19% dibandingkan 2018. Kami juga targetkan nilai kontrak baru 2019 sebesar Rp 10,39 triliun, baik dari proyek internal maupun eksternal,” kata Direktur Utama WSBP, Jarot Subana, di Jakarta, Kamis (7/2/2019).

Perseroan optimistis pendapatan 2019 mencapai Rp 9,37 triliun dan laba bersih Rp 1,31 triliun. Adapun anggaran belanja modal (capex) tahun ini sebesar Rp922,96 miliar.

Sementara itu, akhir 2018, WSBP telah menerima pembayaran sebesar Rp1,8 triliun untuk proyek turnkey jalan tol Krian-Legundi-Bunder-Manyar (KLBM) dan proyek lainnya.

Dengan pembayaran itu, perseroan dapat menutup akhir 2018 dengan arus kas (cashflow) operasional positif yang signifikan sekitar Rp 1,4 triliun, dibandingkan 2017 minus Rp 2,4 triliun dan 2016 minus Rp 3 triliun.

“Pada 2018, arus kas dari operasional perusahaan surplus. Penerimaan termin yang masuk sampai November Rp 9,6 triliun, lalu kami terima lagi termasuk dari proyek lain Rp1,8 triliun pada akhir 2018. Jadi, totalnya sekitar Rp 11,4 triliun,” imbuh Direktur Keuangan WSBP, Anton YT Nugroho.

WSBP telah menuntaskan proyek tol Becakayu yang merupakan proyek turnkey pertama perseroan. Proyek turnkey memiliki margin yang lebih besar dibandingkan non-turnkey.

Dengan kinerja seperti itu, kalangan analis menilai saham WSBP menarik untuk investasi. Selain itu, strategi manajemen menjadikan WSBP sebagai perusahaan pracetak terintegrasi dari hulu ke hilir juga bakal memperkuat prospek usaha perseroan ke depan.

Adapun strategi perseroan untuk mengurangi proyek turnkey menjadi tambahan sentimen positif terhadap pergerakan harga sahamnya.

Research Associate MNC Sekuritas Muhammad Rudy Setiawan menyebut, pihaknya mempertahankan proyeksi kontinuitas pertumbuhan kinerja keuangan WSBP ke depan. Laba bersih diperkirakan meningkat menjadi Rp 1,39 triliun pada 2019 dibandingkan target 2018 sebesar Rp 1,2 triliun dan perolehan 2017 yang sebesar Rp 1 triliun.

Pendapatan WSBP juga diproyeksi meningkat menjadi Rp 9,47 triliun pada 2019 dibandingkan target 2018 yang sebesar Rp 8,49 triliun dan realisasi tahun 2017 yang sebesar Rp 7,1 triliun.

WSBP juga berniat melanjutkan peningkatan kapasitas produksi beton precast menjadi 3,75 juta ton per tahun. Strategi ini akan menjadikan perseroan siap dalam menghadapi tren pertumbuhan infrastruktur ke depan.

MNC Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli WSBP dengan target harga Rp500. Target ini merefleksikan perkiraan rasio PE 2019 sebesar 9,44 kali dan PBV sebesar 1,56 kali, dengan outlook positif.

Sementara analis Danareksa Sekuritas Maria Renata mengungkapkan, WSBP menunjukkan pertumbuhan kinerja keuangan yang moderat hingga kuartal III-2018. Realisasi kinerja keuangan tersebut telah melampaui perkiraannya.

Pihaknya juga memberikan pandangan positif atas target kontrak baru WSBP pada 2019. Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham WSBP dengan target harga sebesar Rp 500.

Artikel ini ditulis oleh:

Zaenal Arifin