Dalam aksi "Save Al Aqsa" ini sebagai bentuk protes keras terhadap pemerintahan Zionis Israel yang telah blokade Masjid Al Aqsa dan melakukan penembakan kepadan warga Palestina. AKTUAL/Munzir

Jakarta, Aktual.com – Seorang pejabat senior Palestina mendesak Pemerintah AS di bawah Presiden Donald Trump agar mengumumkan dukungannya buat penyelesaian dua-negara dan mengakhiri perluasan Permukiman Yahudi.

Saeb Erekat, Sekretaris Jenderal Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), mengatakan kepada Xinhua dalam satu wawancara bahwa, sebagai penaja proses perdamaian Palestina-Isrel, Pemerintah Trump mesti bertindak seperti yang dilakukan pemerintah lain AS sebelumnya.

Ia mengatakan pihak Palestina telah menegaskan dalam semua pertemuan dengan para pejabat AS sejak Trump memangku jabatan pada Januari.

“Satu-satunya pilihan untuk mewujudkan perdamaian ialah diakhirinya pendudukan Yahudi dan berdirinya Negara Palestina dengan Jerusalem Timur sebagai Ibu Kotanya di perbatasan 1967,” terangnya, dilansir Selasa (22/8).

Erekat menegaskan bahwa setiap gagasan AS bagi perdamaian “harus sejalan dengan resolusi absah internasional dan ketentuan dalam rujukan proses perdamaian dan hukum internasional”.

Ketika ditanya mengenai kunjungan mendatang utusan AS ke wilayah tersebut, termasuk Penasehat Gedung Putih Jared Kushner, menantu Trump, dan Jasen Greenblatt, Erekat mengatakan ia berharap pertemuan mendatang “mesti membuat terobosan”.

“Bola sekarang berada di lapangan Israel dan Amerika Serikat,” kata Erekat.

Ia menyatakan posisi Palestina telah jelas dan konsisten, yaitu, jika Pemerintah AS benar-benar tertarik pada perdamaian, AS harus tampil dengan visi nyata dan mensahkan mekanisme untuk melaksanakan apa yang disepakati dengan pemerintah AS sebelumnya.

Erekat mengatakan pihak Palestina telah mengajukan semua yang diperlukan kepada AS untuk mencapai penyelesaian dua-negara, dan siap melanjutkan konsultasi serta pertemuan dengan negara Arab guna mengkoordinasikan posisi mereka mengenai proses perdamaian.

Pembicaraan perdamaian antara Israel dan Palestina berakhir pada Maret 2014, setelah sembilan bulan pembicaraan yang ditaja AS gagal membuat kemajuan guna menyelesaikan konflik selama beberapa dasawarsa di Timur Tengah.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Eka