Bertemu tokoh-tokoh berpengaruh
Luasnya jaringan dan pengaruh di masyarakat internasional itu ternyata masih ada hingga kini. Buktinya, pekan silam ekonom senior Rizal Ramli berbagi cerita perjalanannya di Jepang. Dalam lawatan singkat (28 Januari-2 Februari 2018), ternyata agenda RR yang juga pernah menjadi Menteri Keuangan di era Presiden Abdurrahman Wahid itu lumayan padat. Dia bertemu dengan banyak orang, mulai dari pejabat dan mantan pejabat Jepang, kalangan bisnis, sampai sejumlah profesor dan peneliti yang disegani.
Di sana, misalnya, RR bertemu dengan Fumio Kishida. Tokoh ini adalah anggota DIET dan eks Menlu Jepang. Dia juga Chairman of Policy Research Council partai berkuasa Liberal Democratic Party (LDP). Keduanya berdiskusi tentang aspek-aspek geostrategi dan implikasinya serta upaya-upaya peningkatan hubungan kedua negara. Dialog dengan tema serupa juga dilakukan dengan para ahli dari Univesitas Tokyo.
Di Jepang Rizal Ramli juga memenuhi undangan profesor Mitsuo Nakamura, seorang Indonesiais dari Chiba University, Jepang. Nakamura pernah secara khusus meneliti Muhammadiyah dan Islam di Indonesia. Sahabat lama lain yang ditemuinya adalah Yukio Takeuchi, mantan wakil menteri luar negeri Jepang.
Keidanren, organisasi pengusaha berpengaruh di Jepang pun mengundang Rizal Ramli untuk memberikan paparan tentang situasi perekonomian Indonesia terakhir. Mereka butuh informasi dari tangan pertama yang dianggap kredibel guna dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan aksi korporasi ke depan.
Selain itu, RR tampil sebagai pembicara di GRIPS Forum 2018. Acara yang digelar oleh Graduate of Institute for Policy Studies (GRIPS) ini bertajuk Changing Geo Political Dynamics, Indonesia and Japan. Pada backdrop acara, panitia menambahi embel-embel His Excellency di depan nama Rizal Ramli.
Agenda lainnya, dia berdiskusi dengan Yusio Fukuda, Perdana Menteri Jepang pada 2007-2008. Fukuda kini menjadi Ketua Asosiasi Japang-Indonesia (Japindo). Tokoh lain yang ditemuinya adalah Takeshi Shiraishi, Presiden IDE-JETRA dan juga seorang Indonesiais.
Rizal Ramli sendiri lebih suka menyebut perjalanannya ke Jepang sebagai kunjungan untuk bertemu sahabat-sahabat lamanya. Dalam rangkaian bincang-bincang formal dan nonformal tersebut, dia menawarkan kerjasama Indonesia-Jepang untuk membangun Asia yang maju, sejahtera, dan demokratis.
Sebelum ke Jepang, dia juga datang ke Amerika dan sejumlah negara di Eropa. Agendanya hampir serupa, diundang dan berbicara di sejumlah lembaga dan organisasi bergengsi. Bertemu dengan para tokoh pemerintahan, politik, bisnis, dan ekonomi. Dengan para tokoh itu, dia memaparkan ide dan gagasan, bahkan visinya tentang bagaimana mengembangkan dan meningkatkan hubungan kedua negara yang setara, bermartabat, dan saling menguntungkan.