Jakarta, Aktual.com — Pemerintah Indonesia saa saat ini tengah berupaya untuk mendorong perbankan menurunkan suku bunga kredit hingga mencapai level single digit. Pasalnya, pemerintah mengakui jika selama ini suku bunga kredit negara kita masih tertinggi di antara negara di Asia.

“Kita akui bunga kredit Indonesia saat ini tertinggi di Asia. Suku bunga kita sekitar 10-12 persen. Untuk itu, pemerintah menargetkan pada tahun 2017 suku bunga kredit di Indonesia mencapai single digit,” kata Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) dalam acara Indonesia Summit, Jakarta, Kamis (25/2).

JK mengungkapkan, tingginya suku bunga kredit selama ini menjadi salah satu penyebab terhambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Olehnya itu, pemerintah selama ini terus mengupayakan perbankan untuk segera menurunkan suku bunga kredit.

“Agar lebih efisien, kami punya program, tahun depan harus single digit. Kami yakin bisa mencapai itu,” jelasnya.

Senada dengan itu, Ekonom dari Universitas Indonesia (UI), Rizal Edi Halim mengungkapkan, selama ini sektor perbankan khususnya Bank BUMN masih sangat tidak efisien dalam mengelola dana masyarakat, sehingga akhirnya aktivitas ekonomi masyarakat yang bersumber dari ketergantungan pihak perbankan sulit melakukan peningkatan secara ekspansif karena tidak didukung oleh perbankan.

“Padahal, ketergantungan ekonomi mereka rata-rata berharap kepada perbankan. Perlu dicatat hampir sebagian besar aktivitas ekonomi menggunakan lembaga perbankan,” paparnya.

Olehnya itu, jika pemerintah ingin meningkatkan daya saing ekonomi, pemerintah harus segera mendorong penurunan suku bunga kredit. Bank BUMN seharusnya menjadi contoh penurunan suku bunga kredit bukan sebaliknya.

“Giliran suku bunga acuan turun, suku bunga simpanan lebih dulu turun tapi suku bunga kredit tetap,” ujarnya.

Rizal membeberkan, sebagai catatan suku bunga kredit perbankan di Indonesia masih dua digit atau paling mahal di Asean. Tentunya kondisi ini akan mempersulit daya saing di tengah persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

“Mahalnya suku bunga ini yang paling banyak berkontribusi adalah ketidakefisienan perbankan khususnya bank BUMN seperti BTN. Cek aja di pasar suku bunga kreditnya dari 11-13,5 persen. Padahal Bank Indonesia, OJK dan bahkan Presiden-Wapres sudah meminta perbankan bisa lebih efisien dan menurunkan suku bunga kreditnya,” bebernya.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan