Selain itu, dalam kesempatan tersebut, pria yang akrab disapa Temmy itu membeberkan bukti dugaan kampanye politik oleh oknum Polisi. Pasalnya, peristiwa tersebut pada 8 Juni 2018 mengumpulkan keluarga besar Polres Kepulauan Aru dan mengarahkan agar Pilkada Maluku tertib dan mengarahkan untuk memilih Murod Ismail.
“Ada foto dan rekaman, ada semua. Mesin Polda Maluku di Pilkada Maluku sangat masif,” kata dia.
“Mereka pro pada reformasi atau tidak. Jika ikuti konstalasi Pilkada maka ikuti aturan main,” kata dia menambahkan.
Sementara, Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane berpesan agar para pasangan Cagub Maluku yang berlatarbelakang TNI-Polri bisa bermain cantik dan tidak main jorok.
“Jangan main jorok seperti sekarang karena mengotori reformasi dan sistem demokrasi,” kata Neta.
Kata dia, IPW khawatir, tidak netralnya pejabat tinggi Polri akan memicu konflik di Maluku. Apalagi Maluku menjadi salah satu daerah rawan konflik.
“Sangat memprihatinkan sekali dan kita buka kasus Maluku karena masyarakat rugi karena ancaman konflik semakin tinggi. Situasi Maluku sudah panas sekali. Untungnya Kapolri bertindak cepat untuk menindak Wakapolda dan hal-hal seperti ini,” ujar dia.
Lebih jauh, Neta memprediksi calon Gubernur berlatarbelakang Polri di perhelatan akbar Maluku 2018 tidak akan menang. Dia tak ingin akibat-akibat ulahnya oknum menjadi citra Polri hancur.
“Calon dari Polri di Maluku tidak akan menang, saya berani taruhan. Akibat oknum-oknum dan akibat citra Polri hancur sekali dan kita berharap tidak bermain kotor,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara