Dua anak bermain di depan pemukiman mereka yang terendam banjir di Perumahan Bukit Cengkeh II, Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Jum'at (12/2). Banjir yang mencapai ketinggian hingga dua meter itu disebabkan tingginya curah hujan yang memicu meluapnya aliran Kali Laya sehingga mengakibatkan ratusan rumah di permukiman tersebut terendam banjir. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/aww/16.

Surabaya, Aktual.com — Kawasan tengah Kota Surabaya seperti di Jalan Embong Malang, Blauran, Praban, dan Jalan Basuki Rahmat dilanda banjir saat hujan deras terjadi pada Jumat (26/2) sore hingga menjelang malam.

“Saya kejebak macet akibat banjir sore ini. Banyak motor yang mogok di jalan,” kata Zakiyah, salah satu pegawai negeri sipil warga Rungkut Surabaya saat melintas di kawasan Blauran.

Banjir kali ini mengakibatkan kemacetan cukup parah, mulai dari Jalan Basuki Rahmat arah Embong Malang, Blauran dan Praban. Banyak kendaraan melambat dan enggan melalui tepi jalan yang mengalami banjir setinggi lutut orang dewasa.

Kemacetan terjadi, juga karena banyak pengendara motor terpaksa mendorong kendaraannya karena mogok kemasukan air.

Zakiyah juga mengatakan di Jalan Blauran arah Praban, terpantau banyak anak-anak kampung bermain banjir. Bahkan, sesekali mereka mengingatkan pengguna motor yang memilih naik pedestrian untuk menghindari banjir.

“Tadi banyak motor yang terpeleset lewat pedestrian, licin kena air jalannya.”

Sementara itu, akibat hujan deras disertai angin kencang sempat membuat kanopi Hotel Sheraton ambruk sekitar pukul 15.00 WIB. Beruntung saat kejadian tak ada pengendara maupun warga yang ada dibawahnya.

Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya Soemarno belum bisa dihubungi melalui telepon ketika diminta tanggapan persoalan banjir di tengah kota itu.

Anggota Komisi C DPRD Surabaya Vinsensius Awey menyatakan, Kota Surabaya tahun ini sangat gagal dalam melakukan penanganan banjir.

Terlebih, lahan serapan berupa pengairan atau sawah di Surabaya kini sudah berubah fungsi menjadi kawasan pemukiman menengah atas.

“Lahan lahan serapan kini sudah semakin sedikit ditemukan. Kawasan pinggiran disulap jadi kawasan kota metropolitan. Sedangkan di sisi lain pemkot masih belum bisa melakukan penanganan untuk antisipasi banjir,” kata Awey.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Wisnu