Jakarta, Aktual.com —  Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank melemah 57 poin menjadi Rp13.585 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.528 per dolar AS.

“Langkah pemerintah Tiongkok yang melakukan devaluasi nilai tukar yuan terhadap dolar AS memberi kontribusi besar terhadap penurunan nilai tukar di kawasan Asia, termasuk rupiah,” ujar analis Pasar Uang Bank Mandiri, Rully Arya Wisnubroto di Jakarta, Selasa (11/8).

Ia mengatakan bahwa kebijakan Tiongkok itu untuk mendorong ekspornya agar meningkat di tengah lesunya permintaan akibat melambatnya perekonomian global.

Sementara dari dalam negeri, lanjut dia, pada awal semester kedua 2015 juga belum ada sentimen maupun data yang positif untuk menopang mata uang rupiah untuk kembali bergerak ke area positif.

“Mulai dari data ekonomi semester kedua 2015 yang melambat hingga maraknya isu rencana perombakan (reshuffle) Kabinet Kerja, menambah sentimen negatif bagi mata uang domestik,” katanya.

Di tengah situasi seperti itu, menurut Rully Arya Wisnubroto, Bank Indonesia juga tidak akan terlalu aktif untuk melakukan intervensi karena dampaknya akan negatif terhadap cadangan devisa Indonesia.

“Tekanan pada hari ini (Selasa, 11/8) cukup tinggi, akan cukup sulit bagi BI melakukan intervensi, kalaupun ada intervensi dalam intensitas sedang,” katanya.

Ia mengharapkan penyerapan anggaran belanja modal dan barang pada semester kedua ini dapat lebih baik sehingga memberikan harapan kepada pasar bahwa pembangunan infrastruktur akan lebih baik dibandingkan periode sebelumnya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa (11/8) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.541 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.536 per dolar AS.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka