Para pembaca, ada seorang hamba Allah, sahabat baik saya, yang butuh bantuan mendesak. Banyak tagihan yang harus ia lunasi dan kebutuhan keluarga yang harus ia biayai.
Saya ingin menolong, tapi sayangnya, saya sendiri dalam kondisi terbatas. Oleh karena itu, dengan niat sekadar membantu, saya berinisiatif melelang barang kenangan saya, yang saya peroleh ketika sebagai wartawan sedang meliput konflik di Irak. Yaitu, selembar uang kertas zaman Presiden Saddam Hussein, bergambar Saddam Hussein.
Saddam sudah dihukum mati dengan cara digantung pada 2003,sesudah invasi AS ke Irak zaman Presiden George Bush yunior. Uang yang punya nilai sejarah ini saya lelang dgn harga Rp 1 juta (Mohon jangan dikurangi, karena kebutuhan sahabat saya sebenarnya jauh di atas angka itu. Syukur-syukur bisa lebih!).
Anda mungkin berpikir, jika Anda sempat pergi ke Irak dan dengan sejumlah usaha, mungkin juga bisa memperoleh barang yang punya nilai sejarah seperti ini dengan harga bersaing. Maka, saya mohon, jika Anda ingin ikut lelang, niatkan saja untuk bersedekah atau membantu sahabat saya. InsyaAllah, jika Anda membantu orang dengan niat baik, Allah akan membantu memudahkan urusan Anda yang lain dan memberi rezeki berlimpah.
Note: Jika berminat, tolong sms ke HP saya: 081286299061. Kita bisa mengatur pengiriman barang lewat kontak itu. Uang bisa ditransfer ke Rek. No: 1570003445278 (Bank Mandiri) atas nama Satrio Arismunandar.
Bendera Imam Ali, Imam Hussein, dll
Selain uang kertas antik, saya juga menawarkan berbagai bendera kecil (ukurannya bisa dibandingkan dengan koran Republika), total ada 10 bendera. Bendera-bendera ini biasa dijadikan ornamen hiasan di kota-kota Irak selatan (seperti Najaf, Karbala, dsb), pada saat peringatan syahidnya Imam Hussein dalam tradisi Muslim Syiah (atau Hussein bin Ali bin Abi Thalib, cucu kesayangan Rasulullah SAW).
Sepuluh bendera bergambar Imam Hussein, Imam Ali, dsb ini saya lelang dgn harga Rp 1,5 juta (Mohon jangan dikurangi, krn kebutuhan sahabat saya memang relatif cukup besar. Syukur-syukur bisa lebih!).
Sahabat saya terus terang sebetulnya merasa malu saya melakukan ini. Namun, ini dilakukan karena keterpaksaan dan keterdesakan kebutuhan hidup untuk sahabat saya, istri, dan anak-anaknya.
Artikel ini ditulis oleh: