Wakil Menteri Pertanian RI, Harvick Hasnul Qolbi saat ditemui di kediamannya, Jakarta, Senin (11/10). Foto: Arie Syahputra/Aktual.com
Wakil Menteri Pertanian RI, Harvick Hasnul Qolbi saat ditemui di kediamannya, Jakarta, Senin (11/10). Foto: Arie Syahputra/Aktual.com

Jakarta, Aktual.com – Penurunan harga telur ayam turut menjadi perhatian Wakil Menteri Pertanian RI, Harvick Hasnul Qolbi. Menurutnya, permasalahan ini berkaitan juga bahan baku pakannya, yakni jagung pakan ternak yang berimbas kepada murahnya harga telur.

Harvick menilai, harga telur ayam di Indonesia saat ini terbilang murah. Namun demikian, menaikkan harga dapat menimbulkan keresahan masyarakat sebagai konsumen. Sehingga dikhawatirkan masyarakat menengah ke bawah akan sulit untuk menjangkau telur ayam tersebut.

“Setiap kunker, saya selalu memberikan masukan bahwa harga telur sebenarnya di Indonesia ini sangat murah sekali, cuma Rp1.200 sampai Rp1.300 per butir. Kalau di posisi Rp20.000 saja dari Blitar, saya ambil rata-rata, Rp20.000 per kilo itu 16 sampai 17 butir. Itu artinya kalau dibagi Rp20.000 dibagi 16 atau 17 butir, sekitar Rp1.300 atau Rp1.200, ini murah sekali. Cuma di satu sisi kalau kita naikan harga di masyarakat, tentu masyarakat akan merasa keberatan harganya terlalu mahal tidak terjangkau,” kata Wamentan Harvick kepada Aktual.com, Jakarta, Senin (11/10).

Ia menjelaskan saat ini pemerintah tengah berupaya untuk menjaga keseimbangan antara konsumen, petani jagung, hingga peternak ayam telur. Sebab semuanya ini merupakan satu kesatuan.

Menurutnya, bagi konsumen yang terpenting ialah harga telur ayam yang tidak terlalu mahal dan terjangkau. Sementara, bagi peternak maupun pengusaha pakan bisa menjual untung.

Nah ini yang dicari jalan keluarnya oleh pemerintah, membuat semuanya ini seimbang. Pakannya murah, terus juga peternaknya mampu membeli pakan ternaknya, terus pengusaha pakannya juga dia jual untung. Nah ini kan semua simbiosis mutualisme, satu kesatuan. Sehingga daya beli masyarakat ini juga tidak terganggu. Artinya masyarakat tidak membeli telur ini kemahalan,” jelasnya.

Harvick berharap agar permasalahan ini dapat disikapi dengan kepala dingin. Selain itu, ia juga berencana untuk mengaktifkan kembali Siaran Bahan Pokok Penting (Bapokting) yang sempat dilakukan di era pemerintahan Presiden Soeharto.

Siaran Bapokting ini nantinya akan disampaikan per-masalah saja. Upaya ini akan dilakukan bekerjasama dengan Kementerian Perdagangan.

“Misalnya kalau sekarang yang lagi jadi sorotan dan memang jadi masalah kita bersama soal pakan ternak, sehingga berimbas ke harga telur. Nah itu saya sudah informasikan dan saya sudah perintahkan untuk segera melakukan kerjasama antara Kementerian Pertanian dengan Kementerian Perdagangan, per-masalah tadi,” ungkapnya.

“Saya berharap (Siaran Bapokting) ini bisa direalisasikan secepatnya. Ini saya sedang mencoba merumuskan, mana yang kira-kira efektifnya seperti apa di masyarakat supaya masyarakat bisa mengerti. Apakah berupa on air, atau yang sifatnya keterangan-keterangan saja, atau berita-berita saja, ini yang sedang kita rumuskan,” tutupnya.

Artikel ini ditulis oleh:

A. Hilmi