Semarang, Aktual.com — Setiap kali memasuki bulan Ramadan di Masjid Pekojan (atau Kampung Pekojan Kauman) ini tak terlewatkan disediakan warga setempat. Selain kue ganjel rel menjadi pembuka menu berbuka puasa.
Disamping itu, juga ada makanan khas lokal, yakni bubur India. Makanan berbahan tepung terigu yang dicampur dengan kuah gula merah itu sudah menjadi tradisi yang dilestarikan sejak ratusan tahun lalu.
Konon, tradisi bubur India sudah ada sejak ratusan tahun di kampung yang berdekatan dengan pasar Johar tersebut. Makanan itu pertama kali diperkenalkan para Musafir asal Gujarat India sambil berdagang di pasar Johar.
Kampung Pekojan yang berada di tengah-tengah kampung etnis Tionghoa, Arab dan masyarakat Jawa itu saling membaur dan rukun. Kerap kali bubur India itu disuplai dari etnis Arab. Masjid yang berada di jalan gang sempit itu setiap sore selalu dikunjungi oleh Muslim
Ahmad Ali, yang menjadi generasi keempat pembuat bubur India di Pekojan menceritakan, bahwa semula para Musafir India itu datang untuk beribadah di Masjid Jami Pekojan.
Ketika Sore hari, mereka tak sengaja menunjukan bumbu rempah-rempah kepada warga setempat. Bumbu itu, kata Ali, merupakan racikan untuk membuat bubur India.
“Setelah itu, mereka buat bubur dan membagikan kepada semua jemaah Masjid. Dan berawal dari itulah, tradisi bagi-bagi bubur India muncul,” ujar pria bertubuh jangkung tersebut.
Ia lantas mengungkapkan, tradisi bagi-bagi bubur India terasa begitu spesial, lantaran saat bulan suci Ramadan tiba. Menurutnya, hal tersebut lambat laun mampu membuat semua jemaah Masjid Jami Pekojan untuk berbaur merasakan suka cita datangnya bulan penuh ampunan.
Untuk jumlah bubur India yang akan dibagikan pada 1 Ramadan 1436 Hijriah kemarin, Ali menjelaskan, sudah disiapkan 150 mangkok. Tapi, biasanya jumlah orang yang datang minta bubur lebih banyak lagi karena warga lokal ikut berdatangan.
“Jadi ini memang sudah ada sejak ratusan tahun dan terasa spesial untuk berbuka puasa,” tukasnya.
Sekedar informasi, bubur itu disediakan bagi para jemaah Muslim yang hendak beribadah. Biasanya, diramaikan oleh para abang tukang becak yang mangkal di pasar Johar. Mereka yang berpuasa menunggu berbuka di Masjid Jami Pekojan tersebut.
Artikel ini ditulis oleh: