Jakarta, Aktual.com — Ekonom Universitas Indonesia (UI) Rizal Edi Halim mengungkapkan, saat ini semua pihak harus berhati-hati karena nilai tukar rupiah berpotensi kembali melemah hingga awal Maret menjelang rapat The Fed.
“Pelemahan ini menjadi kesempatan bagi spekulan untuk bermain dalam satu sampai dua minggu ke depan,” kata Rizal ke Aktual.com, Sabtu (20/2).
Perkiraan ini, beber Rizal bisa dilihat dari beberapa asumsi. Pertama ada sinyal kenaikan suku bunga the fed dan mulai dibicarakan para pialang dunia.
“Kedua sentimen dalam negeri berkaitan dengan persoalan revisi Undang-Undang KPK yang dipandang akan memperlemah penegakan hukum,” beber Rizal.
Ketiga, lanjut Rizal, struktur saat ini kondisi pasar domestik masih dominan dikuasai oleh investor asing.
“Investor lokal hanya menjadi pemain kecil,” jelasnya.
Keempat, ucap Rizal, penurunan suku bunga yang harusnya dilakukan jauh-jauh hari dari sisi pemodal ternyata tidak menarik.
Beberapa kondisi tersebut menurut Rizal sangat berpotensi menjadi sentimen bagi pelemahan rupiah beberapa waktu ke depan.
“Prediksi saya rupiah akan ke arah 13.600 sampai dengan 13.700. Kalau pasar panik bisa lebih parah hingga 14.000,” ucapnya.
Kondisi ini menurut Rizal akan menekan pertumbuhan ekonomi secara nasional, utang luar negeri menjadi naik karena selisih kurs.
“Perusahaan baik BUMN dan non BUMN yang banyak gunakan dollar, utangnya juga tertekan. Ini karena kebijakan pemerintah kita yang misleading. Sehingga yang terjadi adalah ketidakpercayaan pasar terhadap pemerintah,” jelasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka