Banyumas, Aktual.com – Silaturahmi yang menggabungkan para raja, sultan, ratu, dan tokoh adat Indonesia yang tergabung dalam Dinasti Nusantara bersama pegiat seni dan budaya di Kabupaten Banyumas dan Kebumen menghasilkan komitmen untuk merawat eksistensi seni budaya Indonesia.

Kegiatan ini diwarnai dengan pesan keberagaman seni budaya dan kekayaan Indonesia, yang tercermin dalam pakaian adat Jawa yang mereka kenakan.

Perwakilan Dinasti Nusantara, Sri Paduka KGPAA Mangku Alam II, memaparkan berbagai aspirasi yang disampaikan para pegiat seni budaya, termasuk perlindungan dan apresiasi dari pemerintah terhadap para pelaku seni budaya.

Mereka juga berharap adanya lembaga atau wadah khusus untuk adat, seni, dan budaya yang tidak tergabung dalam kementerian lain.

“Juga kalau bisa khusus untuk kebudayaan ini ada sebuah title sendiri yang non akademis yang diakui oleh negara,” ujar Sri Paduka KGPAA Mangku Alam II

Dinasti Nusantara berkomitmen untuk terus mendukung pelestarian seni budaya dan nasib para pegiatnya.

Mereka percaya bahwa Ganjar Pranowo memiliki potensi untuk mendorong pelestarian adat dan budaya kerajaan serta meningkatkan kesejahteraan para pegiat seni budaya daerah di masa mendatang.

Ganjar Pranowo, yang memiliki rekam jejak peduli terhadap adat-kebudayaan Nusantara, diharapkan dapat memastikan agar seni budaya tetap dikenal dan tidak punah seiring perkembangan zaman.

“Pak Ganjar memberikan komitmennya untuk mendukung adat dan budaya dan pelestariannya nanti jika beliau duduk sebagai presiden,” kata Sri Paduka KGPAA Mangku Alam II.

Tokoh Budayawan dan Pemerhati Budaya Nusantara, R Setyo Budi, menegaskan pentingnya peran pegiat seni budaya dalam melestarikan eksistensi seni budaya Indonesia.

Dengan Ganjar Pranowo sebagai Presiden Indonesia 2024-2029, ia percaya nasib para pegiat seni budaya di Indonesia akan mengalami peningkatan.

“Jadi, intensitas penggunaan budayawan lokal ketika ada kegiatan itu memang harus ditingkatkan,” kata Setyo Budi

Ia juga menekankan pentingnya memanfaatkan budayawan lokal dalam setiap kegiatan budaya, sehingga budaya daerah dapat terus berkembang dan tidak diambil alih oleh budayawan dari luar wilayah.

Artikel ini ditulis oleh:

Firgi Erliansyah