Jakarta, Aktual.com – Sikap cuek Grab Indonesia terkait permintaan para mitra pengemudi soal kesejahteraan telah memicu amarah komunitas mitra pengemudi taksi dan ojek online yang tergabung dalam aksi Gerakan Hantam Aplikator Nakal (Gerhana).
Aspirasi yang tidak tersampaikan itu membuat para mitra mengeluarkan ancaman mengusir aplikator asal Malaysia tersebut untuk keluar dari Indonesia.
Humas Aksi, Dedi Hariyonti, meminta pemerintah mengusir dan menutup Grab karena sejauh ini dianggap cuma janji, tak memenuhi permintaan para mitra terkait kesejahteraan. Sebab faktanya penetapan tarif masih rendah.
”Kami meminta pemerintah hadirkan aplikator yang profesional, adil, transparan dan menyejahterakan semua pihak!” pinta dia dalam aksi itu.
Aksi demonstrasi Gerhana berlangsung di kantor Grab, Lippo Kuningan, Senin (10/9) petang dan sempat tegang. Sebab keinginan para mitra untuk bertemu Managing Director Grab, Ridzki Kramadibrata, tidak terlaksana.
“Grab tidak beritikad baik. Kami meminta pemerintah mencabut izin Grab dan mengusir Grab dari Indonesia,” ucap penanggung jawab Aksi, Christiansen alias Yansen Wage, ketika dihubungi, Selasa (11/09).
Sempat dibantu pihak kepolisian agar membujuk Ridzki keluar dari ruangan dan menemui para peserta aksi. Namun juga tidak berhasil. “Bahkan anggota polisi mencari Ridzki hingga ke ruangannya. Kami menyesali Ridzki yang tidak menunjukkan sikap ksatria, dia itu pengecut,” sesalnya.
Menurut Yansen, manajemen Grab seringkali melakukan kebijakan sepihak yang merugikan mitra pengemudi. Misalnya memberikan hukuman kepada mitra pengemudi berdasarkan peraturan perusahaan yang sepihak tanpa mengutamakan proses dialog.
Yansen mengungkapkan, pihaknya membawa empat poin untuk disampaikan kepada manajemen Grab. Menagih janji terkait kesejahteraan, menolak aplikator menjadi perusahaan transportasi, menolak eksploitasi terhadap ojek online, dan menolak keras kartelisasi serta monopoli bisnis transportasi online.
”Yang menemui kami adalah staf legal Grab, kami menolak. Mestinya Ridzki yang menemui kami. Dia tidak berjiwa besar, dia pengecut karena selalu menghindar setiap kali kami ingin menyampaikan aspirasi,” ujar Yansen.
Dirinya menyebut aspirasi pengemudi transportasi online di 18 provinsi kepada kantor daerah Grab di daerah juga seringkali tidak menghasilkan keputusan.
“Karena kantor daerah Grab selalu mengatakan keputusan final di kantor pusat. Makanya kami berdemonstrasi di kantor Grab pusat,” ungkapnya.
Berbagai permasalahan menerpa pengemudi Grab di daerah. Kantor Grab di Kompleks CBD Polonia, Medan, misalnya, pernah didemonstrasi oleh ratusan mitra GRAB BIKE pada Maret 2018.
Para mitra pengemudi memerotes manajemen yang tidak kunjung membayarkan promo dan insentif serta memprotes kebijakan yang dinilai semakin memberatkan.
Artikel ini ditulis oleh: