Jakarta, Aktual.com – Keluarga Besar Buruh Migran Indonesia (KABAR BUMI) menyampaikan turut berduka atas kematian 23 orang buruh migran korban perdagangan manusia dari Nusa Tenggara Timur (NTT) di Malaysia. Korban perdagangan manusia itu dipulangkan secara berkala dari Januari hingga Juli 2016 dalam kondisi sudah meninggal dan mengenaskan.
“Diantara mereka adalah tiga korban yang dipulangkan dengan kondisi tubuh penuh jahitan dan organ tubuh sudah hilang yaitu Yufrida Selan (19), Dolfina Abuk dan Juliana Kana,” terang kata Koordinator KABAR BUMI, Karwisen, dalam keterangan tertulisnya, Senin (25/7).
Diungkapkan, NTT merupakan provinsi terbesar ke-9 untuk pengiriman TKI keluar negeri dan menjadi provinsi dengan korban perdagangan manusia tertinggi di Indonesia. Merujuk data BNP2TKI, tercatat 4.144 orang dikirim sejak Januari 2015 hingga Mei 2016. Jumlah sesungguhnya diduga lebih besar karena banyak yang tidak tercatat.
Khusus untuk Yufrida, disampaikan Karwisen, keluarganya sejak awal tidak pernah tahu kalau Yufrinda bekerja di Malaysia sejak menghilang 2 September 2015. Pihak keluarga berusaha mencari keberadaan Yufrinda melalui sanak saudara tapi nihil. Pencarian dihentikan karena keterbatasan ekonomi.
“Pada tanggal 13 Juli 2016, petugas BP3TKI Propinsi BTT bernama Bapak Jonas Bahan memberitahu keluarga kalau Yufrinda meninggal gantung diri di dapur rumah majikan tanggal 9 Juli 2016,” bebernya.
Ketika jenazah diserahkan, keluarga menemukan sejumlah kejanggalan. Diantaranya identitas nama, usia, agama dan alamat tinggal dipalsukan, berita acara penyerahan tertanggal 11 Juli padahal jenazah baru diserahkan 14 Juli dan hasil visum bagian luar tubuh. Dimana ada tanda-tanda kekerasan pada bagian leher dan bagian lengan korban dan luka jahitan sepanjang 100 cm.
Disinggung pernyataan Bapak Tato Tirang, Kepala BP3TKI Propinsi NTT, bahwa, pihak kepolisian Malaysia berwenang melakukan otopsi tanpa sepengetahuan dan izin dari pihak keluarga.
“Bukan masalah otopsi, tapi mengapa organ-organ Yufrida turut hilang? Kasus ini bukan pertama kali terjadi tapi sudah banyak jenazah yang dipulangkan dari Malaysia tanpa organ tubuh seperti kasus Dolfina Abuk,” jelas Karsiwen.
Pihaknya mempertanyakan sikap pemerintah Indonesia dalam memberantas praktek perdagangan manusia di Indonesia dan melindungi buruh migran diluar negeri. Sebab dalam kenyataannya pemerintah tidak meminta pemerintah Malaysia untuk menginvestigasi kematian misterius Yufrida, padahal organ-organ korban hilang.
“Pemerintah juga tidak berinisiatif untuk melakukan otopsi terpisah demi bisa mengusut penyebab kematian Yufrida dan korban-korban lain,” demikian Karsiwen.
Laporan: Sumitro
Artikel ini ditulis oleh: