Warga Sri Lanka protes terhadap kebrutalan yang dilakukan oleh umat Buddha (BBS) terhadap umat musli. Foto: Ist

Kolombo, Aktual.com – Para diplomat mengutuk kekerasan terhadap umat Islam di Sri Lanka dan mendesak pemerintah untuk menegakkan hak-hak minoritas dan kebebasan beragama.

Lebih dari 20 serangan terhadap umat Islam tercatat sejak 17 April, termasuk peristiwa pembakaran pada usaha milik Muslim dan serangan bom terhadap masjid.

Kaum Muslim menuduh serangan tersebut dilakukan oleh Body Bala Sena (BBS) atau “Kekuatan Kekuasaan Buddha”, sebuah organisasi yang mengatakan bahwa penyebaran Islam adalah ancaman bagi agama Buddha sebagai agama yang dominan. Namun mereka menyangkal tuduhan keterlibatan tersebut.

“Aturan hukum sangat penting diterapkan terhadap pelaku dan sangat penting untuk menjunjung tinggi hak minoritas dan kebebasan beragama,” kata salah satu diplomat, Komisaris Tinggi Kanada Shelley Whiting, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (2/6).

Presiden Maithripala Sirisena dan Perdana Menteri Ranil Wickremasinghe telah memerintahkan polisi untuk menegakkan hukum, namun kekerasan terhadap umat Islam belum berakhir.

Umat muslim menempati sekitar 9 persen dari jumlah keseluruhan populasi Sri Lanka yang mencapai 21 juta. Umat Budha menempati sekitar 70 persen populasi.

Kelompok Buddhis menuduh beberapa organisasi Muslim melakukan radikalisasi terhadap masyarakat dan secara paksa meminta mereka memeluk Islam. Para pemimpin Muslim menolak klaim tersebut.

Duta Besar Uni Eropa, Tung-Lai Margue, mengatakan bahwa dia berharap polisi akan melakukan penangkapan dalam beberapa hari mendatang.

Komisaris Tinggi Australia Bryce Hutchesson mengatakan bahwa tindakan kebencian telah mengarah kepada perlakuan “tidak dapat menerima komunitas Muslim”.

“Sepengetahuan saya, campur tangan diplomatik kolektif semacam ini belum pernah terjadi sebelumnya di Sri Lanka,” Alan Keenan, Direktur proyek Sri Lanka, International Crisis Group, mengatakan melalui akun Twitter pribadinya.

Pada 2014, tiga Muslim terbunuh dalam kerusuhan yang dilakukan kelompok Buddhis garis keras. Setelah itu, Presiden Sirisena terpilih pada tahun berikutnya setelah sebuah kampanye, di mana dia berjanji untuk menyelesaikan isu yang dihadapi etnis minoritas Tamil dan Muslim.

Gereja juga menghadapi serangan serupa di masa lalu.

Pemerintah mengakhiri perang saudara 26 tahun dengan mengalahkan pemberontak Macan Tamil pada 2009.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: