Jakarta, Aktual.com – Petugas Pelayanan, Pengawasan dan Pengendalian Sosial Suku Dinas Sosial Jakarta Utara merazia Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di kawasan Penjaringan pada Selasa (7/9) malam.
Kepala Seksi Rehabilitasi dan Pemberdayaan Sudinsos Jakarta Utara, Maria Risda Pasaribu mengatakan, razia tersebut merupakan kegiatan rutin yang dilakukan menyusul maraknya laporan masyarakat terkait PMKS di masa pandemi.
Razia itu juga digelar terkait dengan ketertiban umum untuk memberi rasa nyaman dan aman kepada masyarakat.
Pihaknya mengerahkan 30 personel dalam kegiatan tersebut. Razia dilakukan sejak pukul 19.00 WIB ke sejumlah titik di Jakarta Utara, di antaranya kawasan Permai (Tanjung Priok), Muara Angke dan Muara Baru (Penjaringan), Pademangan dan Sunter.
Di kawasan Permai, Tanjung Priok, petugas menjaring pasangan suami-istri yang menjadi badut dan pengemis. Namun, petugas sempat kerja ekstra keras setelah sang istri sempat meronta-ronta saat akan dimasukkan ke dalam bus.
Begitu juga seorang pengamen cilik yang meronta-ronta saat ditangkap oleh petugas. Petugas kemudian menyisir kawasan Muara Baru, Penjaringan. Di kawasan itu, terdapat pengemis yang pura-pura lumpuh sembari didorong gerobak oleh rekannya.
Saat disambangi petugas Sudinsos Jakut, pengemis tua tadi tiba-tiba bisa berdiri dan berjalan ke dalam bus. Ada juga PMKS yang bersembunyi ke dalam truk pengangkut tanah saat akan dijaring oleh petugas di kawasan Penjaringan tersebut.
Maria merasa prihatin dengan kondisi PMKS yang terjaring razia kali ini. “Memang mereka sangat susah untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari,” kata Maria.
Namun, petugas tetap perlu menjaring mereka untuk didata seluruhnya. Petugas mencurigai ada yang sengaja membawa mereka ke Jakarta untuk mengemis.
“Setelah ini mereka akan kami bawa ke Kantor Wali Kota Jakarta Utara untuk tes antigen. Setelah tes antigen, kami akan melakukan asesmen sesuai dengan spesifikasi PMKS masing-masing dan akan kami rujuk ke Panti Sosial Cipayung, Jakarta Timur, untuk diberikan pembinaan,” kata Maria, Rabu (8/9).
Salah satu yang terjaring razia adalah pedagang kopi keliling di Pasar Asemka, Jakarta Barat, bernama Hendri (49). Dia menjadi badut saat terjaring razia.
Pria yang tinggal di kawasan Tanah Pasir, Pluit, itu terpaksa menjadi badut demi bisa menafkahi anak-anaknya yang masih sekolah di masa sulit akibat pandemi Covid-19.
“Dagangan saya bangkrut karena sepi, akhirnya saya jadi badut buat menafkahi anak-anak saya,” kata Hendri saat ditemui wartawan sebelum dibawa ke Kantor Wali Kota untuk didata oleh petugas P3S Sudinsos Jakarta Utara.
Hendri yang baru turun ke jalanan sekitar satu bulan setengah ini mengaku rela membeli kostum badut dengan harga Rp1 juta lewat pemesanan daring.
Namun ia tak menyangka malam itu akan terjaring razia bersama puluhan PMKS lainnya di kawasan Penjaringan saat hendak berteduh karena hujan. “Anak-anak tinggal di kontrakan, ibunya sudah meninggal,” kata Hendri.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Wisnu