Ia bahkan lebih banyak bertugas di kapal daripada di darat, selama tujuh bulan ia harus berada di laut untuk mendistribusikan bahan bakar minyak ke daerah-daerah pelosok. ANTARA FOTO/Rosa Panggabean/16.

Jakarta, Aktual.com — Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas), I Gusti Nyoman Wiratmadja menyampaikan alasan adanya pelarangan impor gas dikarenakan untuk mendorong pemanfaatan hasil eksploitasi sumber gas dalam negri.

Namun begitu dia memperkirakan pada tahun 2019 mendatang Indonesia akan melakukan impor gas bumi untuk menutupi permintaan konsumen dalam negeri yang kian meningkat. Rencana impor gas ini diketahui tertuang dalam neraca gas bumi nasional milik Kementerian ESDM.

“Mulai 2019 itu kita akan impor. Ini bukan karena gas nya habis, tapi kebutuhan naik. Infrastruktur banyak telah terbangun. Kita butuh gas tambahan,” kata Wirat pada acara IPA Convention and Exhibition di Jakarta Convention Center, Rabu (25/5)

Lebih lanjut dia menegaskan bahwa kebijakan pemerintah untuk memutuskan impor apabila LNG yang dimiliki Indonesia sudah terserap seluruhnya. Namun apabila belum terserap, Wirat mengatakan, Pemerintah tidak akan membuka keran impor.

“Apakah kita mau gas yang murah dari luar kita beli terus gas dari dalam negeri kita bakar? Kita nggak mau industri hulu migas di dalam negeri kita mati,” Tegasnya.

Sebagai diketahui, dalam neraca gas bumi yang menjadi acuan Kementerian ESDM, Indonesia membutuhkan impor gas sebanyak 1.777 bbtud yang dimulai pada tahun 2019. kemudian angka tersebut terus meningkat tiap tahunnya di 2020 sebesar 2.263 bbtud, 2.226 bbtud di 2021, 1.902 bbtud tahun 2022, 1.920 bbtud di 2023, 2.374 bbtud pada tahun 2024, dan 2.304 bbtud di 2025.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka