Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio (kedua kiri) didampingi Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Samsul Hidayat, Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI, Hamdi Hassyarbaini, serta Direktur Pengembangan BEI, Hosea Nicky Hogan saat memberikan penjelasan pada jumpa pers di Galeri BEI, Jakarta, Kamis (27/8). Bursa Efek Indonesia (BEI) menemukan ada 14.000 transaksi kena batas bawah auto rejection. Enam Anggota Bursa (AB) dicurigai lakukan short selling. Tito mengaku tak habis pikir ada sejumlah perusahaan raksasa yang mengeruk begitu banyak sumber daya alam di Indonesia tapi mencatatkan sahamnya di luar negeri. AKTUAL/EKO S HILMAN

Jakarta, Aktual.com — Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio optimis pergerakan pasar modal Indonesia pada tahun 2016 akan lebih positif karena didasarkan pada ekonomi makro yang mulai membaik.

‎Namun demikian dirinya tentu lebih waspada dan menyiapkan langkah antisipasi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) yang diperkirakan masih akan mengalami tekanan.

“Stabilitas nilai tukar rupiah membuat investor bingung,” kata Tito, di Gedung BEI, Jakarta, Senin (4/1).

Lebih lanjut Tito menjelaskan, akibat fluktuasi nilai tukar, selain efeknya memberikan ketidakpastian bagi investor, pelemahan nilai tukar rupiah juga akan menghantam laju indeks.

“Tentu ini disayangkan mengingat setiap poin nilai tukar sangat menentukan daya beli transaksi saham di bursa, setiap (penguatan) Rp100 itu sekitar Rp4,5 triliun ada daya beli meningkat,” tegas Tito.

Untuk itu Tito berharap agar Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan mengingat hal itu sangat memungkinkan karena pergerakan ekonomi Indonesia mulai mengalami perbaikan.

“Semoga inflasi 3,3 persen dan BI rate bisa sampai empat persen,” pungas Tito.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka