Samarinda, Aktual.com – Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Sri Wahyuni, optimistis pendapatan asli daerah (PAD) dari Planetarium Jagad Raya Tenggarong (PJRT) pada 2015 meningkat dibanding tahun sebelumnya (2014).

“Pada 2014, jumlah kunjungan ke planetarium menembus angka 22 ribu orang, sehingga dapat berkontribusi bagi PAD Kutai Kartanegara sebesar Rp160 juta,” ungkap Sri Wahyuni, Jumat (3/7).

Pada periode Januari hingga Juni 2015, kata Sri Wahyuni, kunjungan ke PJRT sudah mencapai 16.318 orang sehingga diprediksi sumbangan PAD dari planetarium akan meningkat.

“Apalagi planetarium mendatangkan dua film baru yang mendidik dan menarik untuk disaksikan. Saya yakin kunjungan akan terus meningkat,” kata Sri Wahyuni.

Meningkatnya jumlah kunjungan tersebut juga, lanjut Sri Wahyuni, tidak terlepas dari upaya yang dilakukan manajemen PJRT yang terus melakukan pembenahan, salah satunya dengan mendatangkan alat baru yakni proyektor “Carl Zeiss Velvet” dari Jerman.

Proyektor itu tambah dia, bisa menayangkan berbagai tayangan 3D (tiga dimensi) dan satu-satunya di Indonesia yang menayangkan gambar “full dome”.

“PJRT merupakan wahana yang bisa menampilkan film tiga dimensi (3D) tanpa menggunakan kacamata,” ujarnya.

“Film petualangan 3D pertama yang diputar di PJRT adalah Kaluoka ‘Hina, yang menceritakan kisah heroik dua ekor ikan dalam menyelamatkan terumbu karang serta koleksi film pertama PJRT yaitu pengenalan Astronomi,” ungkap Sri Wahyuni.

Sementara, dua film 3D yang menjadi tambahan koleksi di PJRT tersebut kata dia berjudul, “Dinosaurus at Dusk” dan “Galileo: The Power of Teleskop”, keduanya didatangkan dari Belanda.

Film “Dinosaurus at Dusk” yang berdurasi 35 menit merupakan film pendek bergenre petualangan yang mengisahkan perjalanan seorang anak remaja bernama Lucy dengan ayahnya, yang kembali ke zaman perjalanan kehidupan hewan prasejarah hingga punahnya dinosurus tersebut.

“Film ini mengajak penonton melihat ke masa lalu mengeksplorasi bumi yang penuh dengan ‘Pterosaurus’ dan leluhur para unggas yakni dinosaurus berbulu dan bersayap,” ungkap Sri Wahyuni.

Sedangkan film berjudul “Galileo: The Power of Teleskop” dengan durasi 20 menit, mengisahkan tentang kejadian dan peristiwa yang dialami oleh ilmuan Galileo dan tokoh astronomi dunia di masanya yang malatarbelakangi penemuan dan perkembangan teleskop, sebagai alat bantu pengamatan benda angkasa.

Selanjutnya, Sri Wahyuni mengatakan, ke depan Disbudpar Kutai Kartanegara akan terus berupaya memperbarui koleksi film 3D PJRT, dengan harapan pengunjung selalu disuguhkan tayangan terbaru yang mendidik.

“Jika menghadirkan film baru, kami tetap mendatangkan film yang mendidik dan menarik untuk disaksikan, agar menambah pengetahuan pengunjung,” ungkap Sri Wahyuni.

Artikel ini ditulis oleh: