Jakarta, Aktual.co — Serangan hacker yang diterima oleh Twitter dan YouTube telah mendorong Komando Keamanan Sentral AS, untuk memperketat keamanan password media sosial tersebut.
FoxNews melaporkan, bahwa pada 13 Januari lalu para pejabat telah secara resmi, meluncurkan sebuah investigasi tentang bahaya hacker, dimana dari beberapa akun yang membawa pesan singkat mempromosikan Negara Islam.
Juru bicara Pentagon, Kolonel Steve Warren mengatakan, kepada wartawan, bahwa ia telah memerintahkan kepada puluhan Kantor Menteri Pertahanan untuk mengubah password sosial media mereka dan meningkatkan kekuatan password serta memberikan ‘lembaran tip’ untuk administrator di akun media sosial.
“Bagaimana menjaga akun mereka lebih aman,” ujar Steve pada Selasa lalu.
Diberitakan sebelumnya, Departemen Pertahanan AS (DoD) memiliki ribuan situs media sosial yang beroperasi dalam jaringan resminya. .Presiden perusahaan riset Endpoint Technologies, Roger Kay, membeberkan, bahwa Komando Pusat hacker harus melayani sebagai panggilan untuk membangun media sosial militer.
“Mereka seharusnya menjauhi menggunakan pasword yang biasa,” saran Roger Kay
Menurut Kay, prosedur keamanan standar termasuk penggunaan password yang panjang dengan beberapa karakter dan memastikan bahwa hanya sejumlah kecil orang dapat mengakses rekening.
“Anda ingin memiliki hanya satu atau dua individu yang bertanggung jawab untuk account, Mereka harus diberi nama individu, sehingga jika ada masalah, mudah di selesaikan kepada orang-orang terdekat,” katanya
Tim ‘Junior Cybersecurity Fellow’ yang ada di Stanford University, juga menyoroti resiko yang ditimbulkan oleh password yang lemah.
” Jika pada kenyataannya, akun yang melanggar karena memilih pasword yang buruk, dan respon dari pertanyaan tantangan keamanan, disarankan bahwa staf yg bersangkutan harus memastikan dan bertanggung jawab untuk media sosial. DoD telah terlatih dalam praktek terbaik untuk pasaword yang kuat begitu juga dengan pertanyaan keamanan dengan jawaban yang menarik.”
Hingga kini, Twitter dan YouTube belum mau menanggapi terkait kasus tersebut. Namun, seorang juru bicara Departemen Pertahanan menuturkan, bahwa FBI sudah memberikan intruksi penyelidikan dan bekerja sama dengan Departemen untuk memastikan motif serangan hacker tersebut. (Bersambung)
Artikel ini ditulis oleh:

















