Jakarta, Aktual.co — Pemerintah melalui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah melakukan kebohongan publik dengan mengatakan bahwa negara diuntungkan melalui kerjasama impor minyak Sonangol EP.

Pengamat energi dari Global Future Institue mengatakan dalam perjanjian tersebut, Pertamina meminta harga USD15/bbl di bawah harga pasar sesuai janji Sonangol ketika berkunjung ke Indonesia dan telah melakukan deal dengan para pejabat di Indonesia seperti Surya Paloh, Sudirman Said dan lainnya.

“Tetapi ketika Pertamina akan melakukan deal tersebut, Sonangol ingkar janji tidak mau mensuplai USD15 dibawah harga pasar, melainkan harga normal saja seperti ke pembeli lainnya. Jadi penghematan yang dijanjikan hanya angan-angan saja,” ujar Direktur Global Future Institut, Hendrajit ketika dihubungi dari Jakarta, Sabtu (29/11).
 
Lebih lanjut dikatakan jika Sonangol tetap menginginkan pembentukan joint venture company (JV). Perusahaan JV ini dimasa depan disinyalir bakal menjadi alat beberapa oknum untuk menjarah Pertamina.

“Modus ini persis sama seperti yang dilakukan oleh kroni keluarga cendana dengan Perta Oil pada kurun masa orde baru,” tegasnya.
 
Namun melihat iming-iming yang ditawarkan komprador China dan Surya Paloh, seharusnya pemerintah lebih jeli melihat kesepekatan-kesepakatan yang terjadi di balik meja.

“Diskon USD15/bbl intinya bukan terletak pada angka yang di gembor-gemborkan. Ada satu kesepakatan yang sifatnya di bawah meja yang justru melibatkan komprador China Surya Paloh di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan menteri BUMN dalam JK-connection,” jelasnya.

Menurutnya, ketika pemerintah melakukan kerjasama dengan Angola, otomatis telah ‘deal’ dengan para komprador China. Jangan terkecoh dengan angkanya, tapi perhatikan modusnya. Modus China memanfaatkan kedekatan Surya paloh dengan Menteri BUMN. Ini juga akan memberi peluang bagi Ari Soemarno untuk berada di posisi Komisaris pertamina.

“Kontrak dengan Sonangol EP sarat kepentingan Surya Paloh di bawah Surya Energi. Apalagi Surya Paloh memiliki peran penting di istana, bisa dibilang dia motornya,” tegasnya.

Untuk diketahui, Sonangol merupakan kongsi lamanya Surya Paloh. Tahun 2009, Surya Energi dapat pinjaman modal dari China Sonangol International Holding Ltd. Anak usaha Sonangol EP tersebut menyuntikkan dana USD200 juta ke Surya Energi untuk menggarap Blok Cepu.

Surya Energi sendiri adalah pemilik 75% saham PT Asri Darma Sejahtera. Sementara 25% saham perusahaan ini dikuasai oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.

“China memiliki perbedaan dengan Amerika dalam hal geopolitik dan energi. China menaruh pengusaha di garis depan. Namun Amerika menaruh sosok diplomat di garis depan dan pengusaha di belakangnya,” tambahnya.

Maksud Jokowi mengimbangi AS dengan menggandeng China justru malah menjadi boomerang sendiri, karena sekarang indonesia justru diapit oleh dua kepentingan besar yakni China dan Amerika.

“Justru kami melihat kali ini Jokowi berperan sebagai titik kordinasi antara pihak China dan AS,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka