Jakarta, Aktual.co — Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Provinsi Banten, Mashuri membeberkan penyebab kenaikan harga beras di Provinsi Banten mencapai 30 persen. Dan para tengkulak juga turut serta dalam menaikkan harga menjadi lebih tinggi, Kamis (26/02/2015).

“Karena beras di Banten ini asalnya dari Kabupaten Pandeglang, tapi tidak bisa langsung dijual di sini. Beras dari Banten ini sampai ke tangan tengkulak dengan tawaran harga yang lebih tinggi,” kata Kadisperindag Provinsi di kantornya, di Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B), Kota Serang, Banten.

Seperti beras yang ada di Pasar Induk Rau (PIR), Kota Serang, dengan kualitas rendah dijual dengan harga Rp 7.000 hingga Rp 8.000 dalam satu liternya. Sedangkan beras berkualitas sedang mencapai Rp 8.000 hingga Rp 9.000. Jika dibandingkan dengan harga sebelumnya, beras dengan kualitas rendah dijual dengan herga 6.000 untuk beras kualitas sedang perliternya dihargai Rp 7.000.

Mashuri melihat kelakuan pasar itu juga terjadi lantaran beras hasil dari Kabupaten Pandeglang dikirim terlebih dulu ke wilayah Jawa, lalu di kemas dan dijual kembali ke tanah Banten. “Makanya jangan aneh kalau beli beras asal Banten tapi dari merk dagang asal Jawa Timur dan daerah lainnya. Karena para tengkulak ini. Sampai di Banten harganya sudah tinggi,” tegasnya.

Untuk itu, lanjutnya menerangkan, peran Bulog untuk menstabilkan kembali harga beras di Banten sangat dibutuhkan. Karena Bulog tidak melakukan distribusi beras sehingga para tengkulak dengan leluasanya mempermainkan harga beras.
“Banten terutama bagian selatan, menjadi lumbung penghasil beras,” jelasnya. Secara kuantitas,  “produksi kita tidak ada masalah, ini sudah mencukupi. Tapi, sekali lagi persoalannya bukan di situ, pendistribusiannya tadi. Makanya harga kemudian dimainkan oleh oknum tengkulak,” terangnya.

Terpisah, berbeda dengan yang diutarakan oleh Kepala Sub Divisi Regional (Kasubdivre) Bulog Serang, Guntur Muayaf menjelaskan permasalahan kelangkaaan selain harga beras naik juga terjadi oleh berbagai faktor. Salah satunya, belum memasuki musim panen dan terhambatnya penditribusian raskin (beras miskin) untuk masyarakat.

“Bulog siap operasi pasar. Tidak langka, cuma kenaikan harga (beras). Kenapa naik, karena sekarang ini musim tanam, belum (musim) panen. Jadi stock beras di masyarakat berkurang. Kedua penyaluran raskin belum maksimal. Karena sudah dua bulan, raskin belum tersalurkan,” terang Kasubdivre Bulog Serang,  ditemui di gudang Bulog Serang, Jalan Raya Cilegon, Desa Umbul Tengah, Kecamatan Taktakan, Kabupaten Serang.

Stock raskin sendiri, lanjut Guntur, ada sebanyak 2.355 ton, akan tetapi, terdapat 1.780 ton raskin yang diperuntukkan di wilayah Kabupaten Serang belum turun ketangan masyarakat oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang di bawah pimpinan Ahmad Raufik Nuriman.

“Stock bulog siap. Kalau ini sudah dimaksimalkan penyaluran raskin, harga beras bisa dikendalikan. Untuk enam bulan aman stocknya, jumlah nya 5.300 ton. Solusinya Maksimalkan raskin dan operasi pasar,” tutupnya.

Artikel ini ditulis oleh: