Penjual melayani pembeli takjil di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, Minggu (21/6/2015). Ratusan orang sudah memadati area seluas 400 meter persegi untuk mendapatka aneka makanan dan minuman untuk berbuka puasa. Mulai dari kolak, pacar cina, cendol, sari kedelai, bubur sumsum, serabi, hingga makanan berat, seperti nasi padang dan ayam bakar, sudah siap tersaji di beberapa lapak. AKTUAL/TINO OKTAVIANO

Bogor, Aktual.com — Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor, Jawa Barat mengantisipasi penjualan takjil mengandung bahan berbahaya dan pengawet dengan mengingatkan para pelaku usaha kecil menengah (UMKM) untuk menjual produk yang halal.

“Pelaku UKM di Kota Bogor sudah diingatkan, kita berikan bimbingan dan arahan agar menyediakan produk-produk yang halal dan baik,” kata Kepala Bidang Perdagangan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor, Manghit Sinaga, di Bogor, Senin (22/6).

Mangahit mengatakan, Disperindag memberikan pembinaan dan pendampingan kepada 2.500 pelaku usaha rumahan yang memproduksi makanan dan produk lainnya. Pelaku UKM tersebut telah mengantongi sertifikat halal, standarisasi BPOM dan P-IRT dari Dinas Kesehatan.

Menurut Mangahit dengan pendampingan yang telah dilakukan Disperindag kepada pelaku usaha kecil menengah tidak ada kekhawatiran akan peredaran produk takjil yang mengandung bahan kimia berbahaya ataupun pengawet.

“Yang perlu diantisipasi itu produk takjil yang diproduksi dari luar Kota Bogor dan pedagang musiman,” katanya.

Ia mengatakan, pelaku usaha kecil menengah yang mendapat binaan selain diarahkan untuk memproduksi produk makanan yang halal lagi baik, juga diharapkan menjadi pionir untuk menularkan binaan yang telah diberikan kepada pelaku usaha lainnya di Kota Bogor.

“Pelaku UKM ini juga kita minta menjadi investigator, kalau ada yang menjual produk makanan menggunakan pewarna tekstil, pemanis buatan dan pengawet segera laporkan kepada kami,” kata Mangahit.

Menurut Sinaga, pelaku usaha telah diberikan pemahaman, bahwa menjual produk yang menggunakan bahan kimia berbahaya akan merugikan diri sendiri, karena menjual dengan harga murah dan pertumbuhan usaha akan terganggu.

Lebih lanjut Sinaga mengatakan, menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk selektif dalam memilih produk pangan yang aman dan sehat sangat menentukan, agar masyarakat sebagai konsumen tidak dirugikan.

Saat ini Ramadhan, lanjut Sinaga, produk Takjil yang perlu dihindari adalah penggunaan pewarna tesktil yang digunakan untuk cendol, atau pangan-pangan yang gunakan pewarna, pemanis buatan pada es buah, atau aneka jus dan makan, juga penggunaan bahan pengawet seperti para kolangkaling.

“Waspadai juga penggunaan es batu yang tidak dimasak. Perhatikan dengan seksama, es yang menggunakan air dimasak warnanya bening, layak untuk dikonsumi. Tapi kalau berembun ada warna putih-putih, es tersebut bukan untuk dimakan,” kata Sinaga.

Penjualan Takjil Ramadhan di Kota Bogor tersebar di sejumlah tempat. Salah satu pusat penjualan yang cukup ramai terdapat di kawasan Indraprasta, puluhan pedagang takjil menjual aneka menu berbuka puasa mulai dari aneka goreng-gorengan, kudapan tradisional, beragam es, dan lauk pauk.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Andy Abdul Hamid