Jakarta, Aktual.co —Aparat Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Pemerintah Kabupaten Tangerang, Banten, menyatakan sebanyak 59,8 persen tahu jajanan di sekolah mengandung zat berbahaya dijual pedagang.
“Angka itu sangat mengkhawatirkan dan perlu langkah antisipasi agar tidak membahayakan warga,” kata Kepala Disperindag Pemkab Tangerang Jarnaji di Tangerang, Senin (1/12).
Pernyataan tersebut terkait penelitian bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi Banten dengan Dinas Kesehatan Pemkab Tangerang bahwa sebanyak 137 tahu yang dijual pedagang sekitar sekolah, maka 82 atau 59,8 persen mengandung zat berbahaya.
Jarnaji mengatakan pihaknya perlu melakukan pengawasan ketat terhadap pedagang yang menjual makanan sekitar sekolah.
Dia mengatakan zat berbahaya dalam kandungan tahu itu yakni formalin, borax serta zat pewarna rodamin.
“Ini hasil penelitian BPOM Banten, jadi perlu ada tindak lanjut agar tidak meluas dan membahayakan warga,” katanya.
Dalam waktu dekat, pihaknya akan melakukan pemantauan terhadap pedagang yang menjual makanan sekitar sekolah agar tidak dikonsumsi anak didik.
Menurut dia, bahwa upaya pemantauan itu dilakukan bila ada pedagang yang menjual makanan berbahaya dapat ditindak.
Pihaknya juga akan melakukan koordinasi dengan aparat penyidik agar ada efek jera terhadap pedagang yang menjual makanan mengandung zat berbahaya terhadap kesehatan warga.
Padahal sebelumnya, aparat Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemkab Tangerang, mewujudkan komitmen bersama sekolah bersih dengan menyediakan kantin yang menyediakan makanan dan minuman sehat.
Kepala Dinkes Pemkab Tangerang Naniek Isnaini mengatakan saat ini banyak dijual makanan yang tidak sehat sekitar sekolah, sehingga sangat membahayakan bagi kesehatan anak didik.
Naniek Mengatakan komitmen bersama itu dilakukan dengan penandatangan masing-masing dengan kepala sekolah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), Dinas Pendidikan, Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman, dan RSUD Balaraja.
Komitmen itu, tambahnya, untuk membangkitkan partisipasi warga, aparat terkait dan anak didik untuk lebih peduli dengan makanan yang dikonsumsi.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid