Bekasi, Aktual.com – Sopir truk sampah DKI Jakarta mengaku, membutuhkan waktu minimal 9,5 jam untuk mendistribusikan sampah dari kawasan Tambora, Jakarta Barat, menuju Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat.

“Yang paling lama saat mengantre di lokasi timbangan TPST Bantargebang, karena paling sebentar butuh waktu 6 jam sebelum sampah dibuang,” kata salah satu sopir truk sampah DKI Yani (30) di Bekasi, Jumat (6/11).

Menurut dia, kondisi itu dialaminya pascapenghadangan truk sampah oleh sejumlah warga di Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, baru-baru ini.

Truk sampah yang dikemudikannya biasa berangkat dari Cengkareng untuk mengangkut tumpukan sampah di Tambora pukul 19.30 WIB, lalu bergerak menuju TPST Bantargebang, Kota Bekasi.

“Biasanya saya sampai di Tol Bekasi Barat (Jalan Ahmad Yani, Bekasi Selatan) pukul 22.00 WIB dan menuju ke TPST Bantargebang melalui rute Jalan Siliwangi,” katanya.

Yani mengaku membutuhkan waktu selama 2 jam untuk menempuh perjalanan dari Jalan Ahmad Yani-Jalan Siliwangi-Bantargebang.

“Saya sampai di lokasi timbangan sampah biasanya sekitar pukul 24.00 WIB. Ternyata sudah banyak truk sampah yang antre. Sampai di dalam TPST saya sudah bingung mau ke mana karena semua jalur penuh,” katanya.

Menurut Yani yang telah berprofesi sebagai sopir truk sampah DKI sejak 2007 itu, lamanya antrean bisa mencapai 6 jam karena sampah yang dia bawa tidak hanya diukur beratnya saja, tetapi juga butuh waku tambahan untuk bongkar muat.

“Di dalam TPST, antre untuk bongkar muatnya yang parah. Bahkan, saya pernah sampai bermalam di TPST karena antrenya panjang sekali,” katanya.

Sementara itu, sujumlah sopir truk sampah DKI juga ada yang masih khawatir saat melintasi Jalan Cileungsi walaupun Pemerintah Kabupaten Bogor sudah memberi akses jalan truk sampah mulai pukul 22.00 hingga 05.00 WIB.

“Yang lewat situ pada was-was, pada takut, makanya nyari aman saja pada malam hari,” kata sopir truk asal Jakarta Rosid (24).

Ia mengatakan bahwsa warga Cileungsi tidak seharusnya berbuat semena-mena karena dia hanya menjalankan perintah dan bau dari sampah pun cuma sementara.

Akibat membuang sampah ke Bantargebang pada dini hari, dia kini tidak bisa lagi sarapan bersama dengan keluarga sehingga terpaksa makan pagi di warung makan sekitar Tempat Pembuangan Sampah Bantargebang.

“Ya, kalau biasanya operasional truk-truk sampah dibagi dua. Ada yang siang, ada yang malam. Biasanya pengangkutan sampah pada siang hari lebih banyak daripada malam,” ujarnya.

Artikel ini ditulis oleh: