Jakarta, Aktual.com – Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengucurkan dana bantuan bagi komunitas seni melalui program Fasilitasi Bidang Kebudayaan (FBK).

“Dananya sekitar Rp80 miliar yang dialokasikan bagi pelaku seni dan budaya,” ujar Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid, dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (19/11).

Dia mengatakan bahwa FBK adalah kegiatan pendukungan yang bersifat stimulus yang diberikan kepada perseorangan maupun kelompok.

Bahkan, kata dia, dana tersebut dapat diapresiasi masyarakat dan pemangku kepentingan secara luas. Harapannya dana itu menjadi wadah penyediaan ruang keragaman ekspresi dan mendorong interaksi budaya dan inisiatif-inisiatif baru dalam upaya pemajuan kebudayaan Indonesia sesuai UU No.5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

“Dana tersebut dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kemajuan kebudayaan di Tanah Air, baik kelompok maupun perorangan. FBK sebagai salah satu stimulus yang diberikan kepada perseorangan/kelompok, bersifat non-fisik dan non-komersil, serta dapat diapresiasi masyarakat dan pemangku kepentingan secara luas. Tentunya kita harapkan FBK dapat berguna,” ujar Hilmar.

Hilmar menambahkan dana bantuan dari negara haruslah tertib dalam penggunaannya.

“Ini kan (anggaran FBK) menggunakan uang negara. Nilainya juga besar, jadi penggunaan, pelaporan hingga pertanggungjawabannya harus betul-betul tercatatat, transparan dan tertib administrasi,” katanya.

Disisi lain, kata Hilmar, FBK menjadi cikal bakal Dana Abadi Kebudayaan yang digagas pada Kongres Kebudayaan Indonesia 2018.

Sementara itu penerima FBK dari komunitas game online kebudayaan mengaku senang dan bahagia karena merasa terbantu dengan program yang dijalankan Dirjen Kebudayaan.

Hal tersebut disampaikan perwakilan komunitas game online Muhammad Abdul Karim, yang mengaku bersyukur mendapatkan bantuan itu.

“Kami menerima bantuan sebesar Rp17 juta. Dengan dana ini, kami dapat memfasilitasi ruang kreatif bagi pelaku seni, yang dijalankan sudah enam tahun lamanya itu,” ujar Abdul.

Dia menambahkan dirinya baru kali ini mendapatkan anggaran pengembangan.

“Biasanya gagal terus untuk mendapatkannya dari publisher (penerbit), investor, dan program lomba atau hibah sejak mencobanya dari lomba PKUB Kemenag 2015 sampai penggalangan dana di Indiegogo 2019 yang gagal semua,” kata Abdul.

Disebutkan bahwa dirinya telah mengembangkan game sejarah di Tanah Air, seperti game dari Pedalahusa (2014), Pedalahusa Fall of Bali (2017), Perang Laut Maritime Warfare (2019), dan Surabaya Inferno (2020).

Hal yang sama juga dirasakan dari komunitas musik Riau Rhythm yang mendapatkan dana bantuan sebesar Rp893 juta.

Bantuan Pemerintah Bidang Kebudayaan meliputi Fasilitasi Bidang Kebudayaan Perseorangan/Lembaga/Komunitas Budaya, Fasilitasi Kegiatan Kesenian, Fasilitasi Sarana Kesenian, Fasilitasi Penulisan Buku Sejarah, dan Fasilitasi Komunitas Budaya di Masyarakat. (Antara)

Artikel ini ditulis oleh:

As'ad Syamsul Abidin