Jakarta, Aktual.com — Pemerintah diminta kembali menggalakkan komoditas jagung sebagai salah satu pangan pokok alternatif melalui program diversifikasi atau penganekaragaman pangan.
Direktur Corporate Engagement Monsantto Indonesia, Herry Kristanto di Jakarta, Minggu (18/10) menyatakan, sebelum konsumsi beras digalakkan di Indonesia, jagung adalah makanan pokok bagi beberapa daerah di Indonesia.
Hal itu, tambahnya terbukti dengan beragamnya sajian khas nusantara berbahan dasar jagung misalnya, salah satu masakan khas provinsi Jawa Timur adalah beras jagung atau nasi empok.
Sajian nasi jagung juga, lanjutnya, juga dikenal di daerah Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Gorontalo dan Sulawesi Utara.
“Oleh karena itu salah satu sumber pangan yang bisa kembali digalakkan konsumsinya adalah Jagung,” katanya.
Herry menegaskan, saat ini adalah waktu yang tepat untuk menggalakkan kembali konsumsi jagung sebagai makanan pokok alternatif, yang juga akan mereduksi ketergantungan terhadap beras. Beragamnya sajian khas dan produk olahan dari jagung, menurut dia, membuat bahan pangan ini menjadi bahan pangan yang prospektif untuk diversifikasi pola konsumsi masyarakat Indonesia.
Jagung juga termasuk bahan pangan yang penuh gizi, bahkan penderita diabetes disarankan untuk banyak mengkonsumsi tanaman yang berasal dari Meksiko ini.
“Dengan jumlah kalori per 100 gram yang lebih rendah daripada beras, jagung memiliki kandungan karbohidrat dan protein yang lebih tinggi.” katanya.
Meskipun, memiliki berbagai manfaat positif namun, Herry mengakui, masih ada penilaian bahwa bila makan jagung identik dengan masyarakat berpenghasilan rendah.
“Ini berakibat masih rendahnya konsumsi jagung nasional. Stigma yang sudah ada selama puluhan tahun di Indonesia inilah yang harus dirubah. Stigma ini juga yang membuat masyarakat kita terjebak dengan pola konsumsi beras,” katanya.
Salah satu cara merubah pandangan tersebut, lanjutnya, yakni mempromosikan kembali warisan kuliner khas nusantara berbasis jagung.
Solusi tersebut bukanlah sesuatu yang mustahil dan sulit dilakukan, mengingat masakan khas nusantara berbasis jagung sangat beragam. Apalagi, sekarang, di berbagai kota besar di Indonesia sudah banyak berkembang komunitas gerakan hidup sehat.
Dengan promosi yang menggandeng komunitas hidup sehat ini, jagung dapat naik kelas dan stigma negatif makan jagung dapat dihapus.
Selain dapat membantu diversifikasi pangan Indonesia, promosi ini di saat yang sama juga melestarikan sajian khas nusantara.
Pemanfaatan teknologi pangan dan pengemasan makanan yang lebih baik, menurut dia harus dilakukan supaya, makanan khas nusantara berbasis jagung dapat mengikuti tren yang ada sekarang dan masyarakat lebih tertarik mengkonsumsinya.
“Dengan pendekatan yang berorientasi konsumen, sajian khas nusantara berbasis jagung dapat kembali menjadi pilihan utama masyarakat,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan