Jakarta, Aktual.co —Sorotan diarahkan terhadap kepemilikan saham Pemprov DKI di perusahaan produsen minuman keras, PT Delta Djakarta Tbk. Menyusul telah mulai berlakunya pelarangan peredaran minuman keras di minimarket hari ini.
Namun Wakil Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat mengaku heran. Mengapa baru sekarang dipersoalkan kepemilikan saham DKI di perusahaan yang mengantongi lisensi produksi dan distribusi beberapa merek bir internasional tersebut.
Padahal Pendapatan Asli Daerah (PAD) DKI sudah lama disumbangkan PT Delta. “Saham kita di Delta itu sejak tahun 70. Kenapa kok sekarang baru diungkit-ungkit?” ujar dia, di Balai Kota, Kamis (16/4).
Djarot juga heran kepemilikan saham di PT Delta dianggap sebagai bentuk sikap penolakan DKI terhadap pelarangan miras yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan itu.
Dia membantah Pemprov DKI menolak pelarangan miras. Dalihnya, peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 06/M-DAG/PER/1/2015 bukan melarang miras. Melainkan hanya membatasi penjualan saja.
“Saya sampaikan begini ya, apakah bir itu ada larangan untuk meminum? Dari surat edaran Mendag? kan tidak. Tapi diatur untuk penjualannya saja,” ujar dia.
Pemprov DKI diketahui punya saham 26,25 persen di PT Delta Djakarta yang merupakan salah satu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). 
Delta mengantongi lisensi produksi dan distribusi beberapa merek bir internasional. Seperti Anker Bir, Carlsberg, San Miguel, dan Stout.  
Sumbangan Delta terhadap kas DKI terbilang lumayan. Di 2012, Delta sumbang Rp 48 miliar lebih ke DKI. Meningkat lagi di 2014, menjadi Rp 50 miliar.
Saat rapat evaluasi Rapergub APBD DKI 2015 lalu, Kementerian Dalam Negeri memang pertanyakan adanya target pendapatan pajak DKI dari penjualan miras. 
Direktur Jenderal Kemendagri Reydonnyzar Moenek mengatakan, DKI seharusnya tidak lagi cantumkan proyeksi pendapatan dari. Sebab Mendag Rachmat Gobel sudah melarang penjualan miras. 
“Pak Gubernur, kami catat sudah tidak boleh terima retribusi dan pendapatan dari izin tempat penjualan miras lagi. Tetapi, kenapa masih mencantumkan target pendapatan Rp 1,3 triliun?” begitu tanya Donny saat evaluasi, awal April lalu.

Artikel ini ditulis oleh: