Bandung, aktual.com – Pembicara dalam kegiatan The 6th Indonesian Health Economics Association (InaHEA) ASM, Prof. DR dr. Ketut Suastika, Sp.PD (KEMD) mengatakan bahwa pencegahan dapat menjadi cara untuk mengurangi beban biaya ekonomi yang besar.

“Saat dia mulai komplikasi biayanya meningkat, kalau diabetes belum komplikasi justru obatnya lebih murah. Misalnya kalau komplikasi muncul penyakit jantung, ginjal dan lainnya lalu masuk ICU dengan proses pemasangan alat dan sebagainya akan membutuhkan biaya yang besar hingga ratusan juta,” katanya di Nusa Dua, Bali, Rabu.

Ia mengatakan bahwa perlu adanya deteksi dini, utamanya bagi yang memiliki faktor genetik dan perubahan pola makan yang sesuai sehingga komplikasi bisa dihindari.

Menurutnya, Diabetes menjadi salah satu penyakit dengan biaya ekonomi terbesar, karena ketika sudah tercatat ada komplikasi pembiayaan untuk penanganannya tentu besar.

“Kalau misalnya diabetes dengan komplikasi ginjal kan harus cuci darah dan sebagainya, itu setiap minggu 2 – 8 kali kalau rata-rata biayanya Rp800 sampai Rp1 juta berarti setiap bulannya bisa menghabiskan Rp8 juta tiap bulan untuk hemodialisis,” katanya.

Seluruh pengobatan ini kan ditanggung BPJS, sehingga jika jumlah pasien nya bertambah, menurutnya bisa menimbulkan defisit bagi BPJS karena tanggungannya begitu besar.

Terutama pasien diabetes yang sudah mengalami komplikasi seperti penyakit jantung, gagal ginjal (hemodialisa) sampai luka diabetes. Menurutnya, jika masih konsumsi obat skala ringan, cukup di faskes 1, kalau dirujuk ke Rumah Sakit (faskes 2) biayanya justru akan bertambah, karena membayar dua kali.

“Jantung penyakit yang paling banyak menyerap anggaran BPJS karena jumlahnya banayk, selain itu ada penyakit Kanker juga tinggi tapi jumlahnya tidak sebanyak jantung dan stroke, kenaikan biaya ini juga mempengaruhi proses pembiayaan pasien dengan penyakit diabetes komplikasi ya,” ucapnya.

“Kalau sudah stabil kondisinya, dan mendapat obat yang sederhana, ya diusahakan berobat sampai di faskes 1, tidak harus ke faskes 2 karena itu bagi yang sudah masuk kategori komplikasi,” lanjutnya menambahkan.

Dalam penanganan pasien diabetes ini, diperlukan fasilitas berupa pemeriksaan gula darah, pengadaan obat dilakukan secara berkelanjutan. [Eko Priyanto]

Artikel ini ditulis oleh:

Zaenal Arifin