Malang, Aktual.com — Ahli Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (UB) Malang dr Bagus Putu Putra Suryana menyatakan kaum perempuan lebih rentan terserang penyakit nyeri sendi atau Osteoarthritis (OA) ketimbang laki-laki.
“Rentannya kaum perempuan terhadap OA tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya karena obesitas setelah melahirkan, sebab setiap kehamilan pasti akan menambah berat badan. Selain itu juga disebabkan pola makan, pola hidup (lifestyle) perempuan yang sering mengenakan high hills karena sendi lutut akan menopang tubuh lebih berat,” kata dr Bagus, di kota Malang, Sabtu (22/8).
Menurut dia, sebenarnya penyakit nyeri sendi dialami semua orang dan dianggap sebagai penyakit sepele, penyakit OA tidak dapat dipandang enteng, sebab dapat menyebabkan kelumpuhan seumur hidup sehingga penting untuk mencegah penyakit ini sedini mungkin. Namun, yang paling rentan adalah kaum perempuan. Padahal, rasa nyeri tersebut dapat mengakibatkan kehilangan fungsi tubuh atau kelumpuhan.
Masyarakat Indonesia, lanjutnya, sering menyebut nyeri sendi sebagai pertanda awal rematik atau asam urat. Namun sebenarnya, nyeri tersebut dapat menjadi pertanda adanya penyakit Osteoarthritis (OA) atau penyakit degeratif yang menyerang sendi tulang dan biasanya diderita pasien usia lanjut.
Ia menjelaskan, OA ditandai dengan adanya rasa sakit pada sendi setelah melakukan gerakan berlebih, terasa kaku, pembengkakan dan bunyi jika sendi digerakan. Sendi yang paling sering diserang adalah sendi lutut dan sendi panggul, sebab sendi tersebut bekerja paling berat karena menopang tubuh.
Oleh karena itu, berat badan berpengaruh besar terhadap kualitas sendi. Semakin berat badan seseorang, semakin besar risiko terkena kerusakan sendi. “Pencegahan yang paling mudah, yakni dengan gaya hidup sehat, mengontrol berat badan, olahraga ringan yang dilakukan secara terus menerus, dan mencegah kegiatan yang banyak menggunakan kinerja sendi serta rutin melakukan pemeriksaan,” ujarnya.
Makanan-makanan yang dapat mencegah sekaligus menguatkan sendi di antaranya adalah buah-buahan, seperti anggur merah, blueberri, sayur bayam, wortel, omega 3, vitamin D, rempah-rempah (jahe, kunyit, cabe kering), biji-bijian dan kacang-kacangan serta minyak zaitun. Dan, hindari makanan dan minuman yang memiliki kadar gula tinggi, karbohidrat olahan, makanan kalengan, serta asam lemak jenuh.
Kebanyakan makanan olahan dimasukan dalam kaleng dan diberi garam agar rasa tetap awet hingga jangka waktu tertentu, padahal garam dapat mencuri mineral penting dalam tubuh yang berfungsi pada kelenturan sendi. Sekilas OA atau kerusakan sendi memiliki gejala yang sama dengan rematik atau asam urat, namun perbedaan dasar OA adalah menyerang sendi-sendi besar, seperti sendi lutut dan sendi panggul.
Sedangkan rematik atau asam urat, lanjutnya, hanya menyerang sendi kecil, seperti sendi jari tangan. Selain itu, OA cenderung menyerang usia di atas 45 tahun. Berdasarkan hasil penelitian OA ada lutut ditemukan sekitar 70 persen pada usia lebih dari 60 tahun, namun sekarang tidak sedikit masyarakat yang berusia di bawah 45 tahun juga mengalami nyeri sendi.
Menyinggung akibat dari menderita OA tersebut di antaranya adalah gangguan fungsi sendi dan pada akhirnya bisa juga dilakukan operasi. Dan, terapi yang bisa dilakukan untuk pencegahan di antaranya adalah edukasi sendi, kurangi beban sendi, kontrol berat badan, alat bantu berjalan, olahraga teratur, obat antinyeri dan radang, injeksi sendi (asam hialunorat), serta terapi bedah.
Sementara itu, Senior General Manajer Medical Promotion Development Combiphar Yuddi Suyud menyatakan penyait OA ini tidak hanya degeratif, terapi bisa juga menyerang usia produktif khususnya yang kurang menerapkan gaya hidup sehat atau mengalami cedera sendi.
“OA dapat menyerang di sekujur tubuh, terutama lutut, jari tangan, bahu, tungkai pinggul, dan pergelangan kaki. Untuk mengurangi penyakit ini, khususnya pada tungkai, perlu memelihara berat badannya ideal, obesitas akan memperparah penyakit ini,” ujar Yuddi.
Artikel ini ditulis oleh: