Jakarta, Aktual.com – Dolar mencatat kerugian hari ketiga terhadap mata uang utama lainnya dan diperdagangkan mendekati level terendah satu bulan terhadap yen pada Rabu (10/11) pagi, jelang data inflasi AS yang sangat diantisipasi yang dapat memandu waktu kenaikan suku bunga bank sentral AS, Federal Reserve (Fed).
China juga akan merilis data harga konsumen dan produsen pada Rabu, yang dapat mempengaruhi arah kebijakan di sana karena kesengsaraan sektor properti mengancam ekonomi yang lebih luas.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama rivalnya, sedikit berubah di 93,970 setelah mundur secara bertahap dari tertinggi lebih dari satu tahun di 94,634 yang dicapai Jumat (5/11/2021).
Mata uang AS stabil di 112,915 yen setelah merosot ke 112,73 yen pada Selasa (9/11/2021) untuk pertama kalinya sejak 11 Oktober.
Euro juga datar di 1,15925 dolar AS, mempertahankan kenaikan tiga hari yang telah membawanya mendekati level tertinggi bulan ini di 1,16165 dolar AS.
Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan Indeks Harga Konsumen (IHK) AS Oktober meningkat menjadi 0,4 persen dari kenaikan 0,2 persen bulan sebelumnya, dengan ukuran inti tahun-ke-tahun yang diawasi ketat naik 0,3 poin persentase menjadi 4,3 persen, jauh di atas target rata-rata inflasi tahunan the Fed 2,0 persen.
“Kita perlu melihat angka 0,8 persen bulan ke bulan untuk melihat indeks dolar menembus puncak kisaran 94,50,” Kepala Penelitian Pepperstone, Chris Weston, di Melbourne, menulis dalam catatan kliennya.
Sementara dolar telah bergerak lebih rendah terhadap yen, “Jika IHK AS datang lebih panas maka ini menimbulkan risiko jual dolar AS/yen Jepang,” tulisnya.
Data inflasi pada Rabu dari dua ekonomi terbesar dunia akan menjadi indikator utama berikutnya apakah tekanan harga-harga meningkat secara global.
Data pada Selasa (9/11/2021) menunjukkan harga produsen AS meningkat dengan kuat pada Oktober, menunjukkan bahwa inflasi yang tinggi dapat bertahan untuk sementara waktu di tengah rantai pasokan yang ketat terkait dengan pandemi.
Imbal hasil riil obligasi pemerintah AS turun tajam pada Selasa (9/11/2021) karena para pedagang melakukan lindung nilai terhadap kemungkinan kenaikan harga-harga dengan meraup Treasury Inflation-Protected Securities/TIPS (sekuritas pemerintah yang memberikan perlindungan terhadap inflasi).
Analis mengatakan permintaan yang meningkat menandakan kekhawatiran inflasi sedang berlangsung di kalangan investor dan publik yang lebih luas.
Pejabat Fed pada Selasa (9/11/2021) mengatakan pihaknya belum jelas bahwa inflasi yang tinggi akan menjadi lebih mengakar dari yang diperkirakan sebelumnya.
Presiden Fed San Francisco Mary Daly mengatakan itu akan menjadi pertengahan 2022 sebelum ada kejelasan lebih lanjut tentang prospek ketenagakerjaan dan inflasi serta Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari mengatakan dia percaya kekuatan yang saat ini menjauhkan orang dari pasar tenaga kerja dan mendorong harga-harga akan terbukti bersifat sementara.
Sementara itu Presiden AS Joe Biden bertemu dengan Gubernur Fed Lael Brainard sebagai calon Ketua Fed berikutnya. Dia akan dianggap sebagai memilih dovish.
“Kemungkinan nominasi Brainard sebagai Ketua Fed memotong (dolar),” tulis ahli strategi Westpac dalam sebuah catatan penelitian.
“Jika tidak, gambaran yang mendasarinya tetap mendukung dolar AS,” dan penurunan indeks dolar ke level pertengahan 93 adalah peluang beli, kata mereka.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
A. Hilmi