Jakarta, Aktual.co —Harga acuan minyak AS jatuh pada Jumat (Sabtu pagi WIB) ke tingkat terendah dalam lebih dari lima tahun, terpukul dolar yang lebih kuat setelah laporan ketenagakerjaan AS untuk November lebih baik dari perkiraan.

Harga global sudah di bawah tekanan dari keputusan OPEC baru-baru ini untuk mempertahankan produksinya tidak berubah meskipun pasokan berlimpah dan dari pemotongan harga Arab Saudi untuk minyaknya yang diekspor ke Asia dan Amerika Serikat.

Minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate untuk pengiriman Desember, turun 97 sen menjadi 65,84 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Ini adalah penutupan terendah sejak 29 Juli 2009 ketika WTI turun menjadi 62,90 dolar AS.

Patokan internasional, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Januari, menetap di 69,07 dolar AS per barel di perdagangan London, turun 57 sen dari Kamis.

Ekonomi AS menambahkan sebanyak 321.000 lapangan pekerjaan pada November, pertumbuhan pekerjaan terbaik dalam hampir tiga tahun, Departemen Tenaga Kerja melaporkan. Revisi naik terkhadap dua bulan sebelumnya ditambah 44.000 pekerjaan dan membawa rata-rata tahunan menjadi 241.000 pekerjaan per bulan.

Dolar terdorong lebih tinggi, naik menjadi 1,2282 dolar per euro dan 121,52 yen.

Analis Citi Futures Tim Evans mencatat bahwa penguatan greenback terjadi karena tren kenaikan selama lima bulan terakhir. Dolar yang lebih kuat cenderung membuat minyak mentah lebih mahal untuk pembeli yang menggunakan mata uang lemah.

“Kepositifan penciptaan lapangan kerja yang bagus sedang menjadi pengimbang di pasar minyak mentah dengan ‘headwinds’ dari bentukan dolar AS yang lebih tinggi,” kata Matt Smith dari Schneider Electric.

Menurut para analis, minyak mentah, yang telah kehilangan sekitar 40 persen dari nilainya sejak Juni, juga menderita dari beberapa faktor teknis pada Jumat.

Carl Larry dari Frost & Sullivan mengatakan bahwa banyak investor mengubah kembali susunan portofolio mereka sebelum akhir tahun dan ketika mereka melihat bahwa harga minyak tidak mendapat manfaat dari data ketenakerjaan yang kuat di Amerika Serikat, konsumen minyak mentah terbesar dunia, mereka memutuskan sudah waktunya untuk menjual.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Andy Abdul Hamid