Jakarta, Aktual.com — Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, menguat 26 poin menjadi Rp13.179 dibandingkan posisi sebelumnya sebesar Rp13.205 per dolar AS.
“Mata uang dolar AS masih berada di bawah tekanan terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah menjelang keputusan kebijakan moneter bank sentral AS dalam Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC),” kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu (27/4).
Menurut dia, pelemahan dolar AS itu seiring dengan anggapan pelaku pasar uang bahwa bank sentral AS akan mempertahankan suku bunga acuannya di level 0,25 sampai dengan 0,5 persen menyusul masih bervariasinya data ekonomi Amerika Serikat.
“Petinggi bank sentral diperkirakan menahan diri untuk tidak memberikan pesan yang terlalu kuat mengenai pengetatan kebijakan dalam waktu dekat, petunjuk apa pun mengenai kenaikan suku bunga yang tertunda akan membuat dolar AS rentan melemah,” katanya.
Ia menambahkan bahwa harga minyak mentah AS yang terus meningkat memicu daya tarik mata uang komoditas, salah satunya rupiah. Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI crude, Rabu (27/4) sore, menguat 1,88 persen menjadi 44,87 dolar AS per barel, sedangkan minyak mentah jenis brent crude di posisi 46,73 dolar AS, menguat 2,16 persen.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan bahwa indeks kepercayaan konsumen Amerika Serikat yang turun menambah sentimen negatif bagi dolar AS. Angka indeks kepercayaan konsumen AS turun menjadi 94,2 pada bulan ini dari 96,2 pada bulan Maret.
“Data konsumen Amerika Serikat yang belum membaik membuat dolar AS lanjutkan pelemahan terhadap rupiah,” katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI), Rabu (27/4), mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.173 dibandingkan hari sebelumnya (26/4) sebesar Rp13.215.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Eka

















